Moskow yang terletak di bagian utara Bumi menjadi kota tujuan penulis untuk menuntut ilmu. Ibukota negara Rusia ini memiliki penduduk muslim yang cukup banyak, bahkan Islam adalah agama dengan jumlah penganut nomor dua terbesar di Rusia. Selain warga lokal, penduduk muslim di sini berasal dari negara-negara tetangga Rusia seperti Tajikistan, Uzbekistan, Kazakhstan, dll. Maka tidak heran kita akan menjumpai wanita-wanita berkerudung atau penjual kurma khas Timur Tengah.
Bulan Ramadhan tahun ini bertepatan dengan awal bulan Mei yang merupakan musim semi di Moskow. Hal ini menjadikan waktu di siang hari lebih lama dari pada malam hari. Berdasarkan kalender Ramadhan yang dirilis oleh Masjid Katedral Moskow, umat Islam harus berpuasa dari pukul 02.00 pagi hingga pukul 21.00 malam atau hampir 19 jam lamanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penulis dan teman asrama merayakan iftar bersama (M Ainul Yaqin/Istimewa) |
Di tengah Ramadhan ini kami menyelenggarakan buka puasa bersama untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah. Menariknya, momen buka puasa bersama ini dihadiri juga oleh teman-teman yang non-Muslim. Beberapa dari mereka bahkan menyiapkan makanan khas dari negara asal untuk dimakan saat iftar. Penulis merasakan keharmonisan antar umat manusia terbangun dari sebuah momen buka puasa.
Moskow yang berjarak sekitar 12.000 km dari Indonesia membuat pertemuan sesama masyarakat Indonesia di Moskow selalu dinanti. Setiap hari Sabtu, Himpunan Persaudaraan Islam Indonesia-Moskow rutin melaksanakan buka puasa bersama di Gedung KBRI. Acara ini diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran, tausiyah Ramadhan hingga buka puasa bersama. Selepas iftar, kegiatan ibadah Ramadhan dilanjutkan dengan salat tarawih berjamaah hingga pelaksanaan itikaf. Kegiatan seperti ini sukses mengobati kerinduan akan suasana Ramadhan di Indonesia.
Ngabuburit atau melaksanakan aktivitas yang santai sambil menunggu waktu berbuka adalah hal yang lumrah untuk dilakukan. Kalau biasanya ngabuburit di Indonesia diisi dengan berburu makanan untuk berbuka, maka di Moskow kita bisa mencoba hal yang baru yakni mengunjungi museum. Pada akhir pekan yang lalu, Minggu (19/5/2019), penulis dan para pelajar Indonesia berkunjung ke The Pushkin State Museum of Fine Arts.
Salah satu ruang pameran di museum (M Ainul Yaqin/Istimewa) |
Selain menambah wawasan akan sejarah dunia serta mengagumi berbagai macam karya seni, kegiatan mengunjungi museum ini sangat ampuh mengusir bosan tatkala menunggu waktu berbuka puasa. Tanpa terasa kami telah menghabiskan hampir 4 jam berkeliling di museum ini.
Menjelang waktu Maghrib, kami memutuskan untuk berangkat ke masjid Memorialnaya. Masjid yang dibuka pada tahun 1997 ini rutin menggelar kegiatan keagamaan selama bulan Ramadhan. Ceramah agama hingga pameran kebudayaan komunitas muslim diselenggarakan setiap harinya. Ketika tiba waktu berbuka, kami melepas dahaga dengan air putih serta makan kurma yang sudah disediakan masjid.
Suasana di luar masjid Memorialnaya di mana jamaah membanjiri masjid saat waktu salat Maghrib. Selepas salat Maghrib berjamaah, kami dan jamaah lainnya menyantap makanan besar yang disediakan secara gratis. Menu makanan hari itu adalah plov, nasi goreng khas Asia Tengah, yang gurih dan nikmat. Menurut Nur Islam, seorang relawan masjid dari Kazakhstan, setiap harinya masjid ini menyediakan makanan berbuka puasa untuk lebih dari 500 orang bahkan 1.000 orang saat akhir pekan.
Iftar bersama di Masjid Memorialnaya (M Ainul Yaqin/Istimewa) |
*) M Ainul Yaqin adalah mahasiswa program magister Ilmu Material, Skolkovo Institute of Science and Technology (Skoltech), Moskow, Rusia, sekaligus pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (Permira) di Moskow dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia di Rusia.
*) Artikel ini terselenggara atas kerja sama detikcom dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia).
***
Para pembaca detikcom, bila Anda juga mahasiswa Indonesia di luar negeri dan mempunyai cerita berkesan saat Ramadhan, silakan berbagi cerita Anda 300-1.000 kata ke email: ramadan@detik.com cc artika@ppidunia.org dengan subjek: Cerita PPI Dunia. Sertakan minimal 5 foto berukuran besar karya sendiri yang mendukung cerita dan data diri singkat, kuliah dan posisi di PPI. (fay/fay)












































Penulis dan teman asrama merayakan iftar bersama (M Ainul Yaqin/Istimewa)
Salah satu ruang pameran di museum (M Ainul Yaqin/Istimewa)
Iftar bersama di Masjid Memorialnaya (M Ainul Yaqin/Istimewa)