149 Bom Meledak Sejak 1998, BIN Sudah Gagal!
Kamis, 06 Okt 2005 14:32 WIB
Jakarta - Jangankan taring, Badan Intelijen Negara (BIN) dianggap sudah tidak punya gigi lagi. BIN dinilai gagal mencegah aksi terorisme di Indonesia dari banyaknya peledakan bom sepanjang tahun 1998-2005 yang mencapai 149 kasus.Dari peristiwa tersebut, korban tewas mencapai 298 orang dan luka-luka sebanyak 527 orang. Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Imparsial Rachland Nashidik kepada wartawan di kantornya, Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis, (6/10/2005).Dari kejadian-kejadian tersebut, Imparsial menilai kinerja BIN di masa transisi telah gagal mendeteksi secara dini dan mencegah aksi teror bom. Kegagalan itu diperparah dengan keterlibatan pejabat BIN dalam kasus uang palsu dan cukai palsu.Belum lagi banyaknya penyimpangan akibat luasnya kewenangan BIN. Selain mengurusi masalah intelijen kenegaraan, BIN juga menjadi koordinator seluruh unit intelijen hingga menjadi Ketua Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu dan Pengamanan Pengawasan Pencetakan Dokumen Sekuriti.Di sisi lain, pemberian kewenangan kepada BIN dalam kerangka penegakan hukum, yang telah menjadikan laporan intelijen sebagai bukti permulaan dalam UU Antiteror dan kewenangannya menangkap dalam RUU Intelijen, telah menjadi ancaman bagi independensi sistem hukum."Ini juga merusak mekanisme criminal justice system. Oleh sebab itu, Imparsial meminta agar otoritas pemerintah atau politik segera mengevaluasi dan menata ulang peran, posisi dan kewenangan BIN seperti yang tercantum dalam UU Intelijen," tegas Rachland. Pemerintah juga harus segera menbatasi tugas dan kewenangan BIN. Pembentukan UU Intelijen, lanjut Rachlad, harusnya dapat menjaga kebutuhan keamanan sekaligus kebutuhan untuk kebebasan masyarakat sipil.
(umi/)