Ketum PBNU: Jangan Kotori Ramadhan dengan Tindakan Merusak

Ketum PBNU: Jangan Kotori Ramadhan dengan Tindakan Merusak

Jefrie Nandy Satria - detikNews
Kamis, 23 Mei 2019 22:04 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj (Foto: Jefrie Nandy Satria/detikcom)
Jakarta - Aksi 22 Mei yang digelar di depan gedung Bawaslu berujung kerusuhan. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan seorang muslim tidak pantas membuat keributan, terlebih pada bulan Ramadhan.

"Kalau betul-betul demi Islam, mari kita hormati kemuliaan, kesucian, bulan Ramadhan. Tidak pantas orang Islam bikin ribut di bulan Ramadhan," kata Said Aqil di kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (23/5/2019).

Dia mengimbau kepada umat Islam untuk menjaga perdamaian dan keharmonisan. Dalam konteks bulan Ramadhan, kata Said, semestinya muslim juga menjaga kesucian Ramadhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Said Aqil lalu mengambil contoh cara menjalani bulan Ramadhan di pesantren. Dia menceritakan kehidupan pesantren di bulan Ramadhan, yakni meningkatkan intensitas ibadah.

"(Ramadhan) jangan dikotori dengan tindakan yang merusak, yang mengganggu. Kalau di pondok pesantren, seluruh pesantren NU berlomba-lomba mengkhatamkan kitab. Jadi kiai-kiainya bersama santrinya di bulan Ramadhan, kesempatan yang sangat-sangat baik untuk mendalami, mengembangkan, memperluas pemahaman agama," ungkapnya.

Said Aqil lalu mengomentari soal seruan jihad dengan ikut serta dalam aksi 22 Mei yang banyak disebarkan lewat media sosial dan WhatsApp. Diketahui, seruan-seruan jihad disebarkan agar membuat kerusuhan.


Said mengatakan seruan tersebut malah justru bertentangan dengan makna jihad. Meski makna jihad luas, menurutnya, konteks jihad yang betul pada saat ini bukanlah perang. Jihad yang dibutuhkan saat ini adalah memajukan masyarakat agar dapat hidup lebih sejahtera.

"Perang merupakan salah satu dari jihad kalau memang keadaannya perang. Sekarang yang paling penting jihad sosial, jihad pendidikan, peradaban, budaya, jihad prestasi," ujarnya.

"(Kalau anarkistis) ya bertentangan sama arti jihad. Yang ada jihad itu adalah membangun masyarakat, muslim atau nonmuslim, asal baik-baik, orang baik-baik bukan orang jahat. Muslim atau nonmuslim harus dibangun dari kesejahteraan, pendidikan," imbuhnya.


Said mengimbau masyarakat mengutamakan kepentingan dan keutuhan negara. Said memberi contoh negara-negara di Timur Tengah yang dilanda krisis dan perpecahan.

Dia meminta masyarakat berpikir dengan kepala dingin. Dia juga mengajak masyarakat menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia, yang merupakan negara dengan muslim terbesar di dunia, bisa berdemokrasi dengan dewasa.

"Mari kita menerima hasil keputusan KPU dengan lapang dada, dengan besar hati, dengan kepala dingin. Ini sifat negarawan harus kita tunjukkan. Kepentingan utama adalah negara, keutuhan negara, jangan kepentingan kelompok, jangan kepentingan sesaat. Tapi keberlangsungan keutuhan negara ini," kata dia. (jbr/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads