"Saya juga berpendapat Pansel ini tidak menggambarkan keberpihakan Presiden pada pemberantasan korupsi. Tim ini justru menimbulkan banyak kekhawatiran akan kualitas pimpinan KPK yang terpilih," kata ahli pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, kepada detikcom, Senin (20/5/2019).
Nama Mualimin pernah menggegerkan publik karena menggugat laundry rumahan karena jasnya yang dicuci mengecewakan yaitu masih lusuh. Belakangan, Mualimin mencabut gugatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fickar menyerukan kepada Presiden Jokowi untuk mencabut nama-nama yang sudah ada. Setelah itu, menunjuk pansel dengan nama baru yang lebih kredibel.
"Saya khawatir pada KPK di masa depan yang penuh kepentingan politiknya. Yang mengkhawatirkan justru KPK akan menjadi alat kekuasaan. Mengganti pansel dengan para akademisi yang tidak berorientasi pada instansi, terutama yang suka menakut-nakuti KPK," cetus Fickar.
Sebagaimana diketahui, Mualimin pernah berperkara dengan laundry rumahan, Fresh Laundry, pada 2016. Penyebabnya sepele: jasnya tidak licin.
Langkah serius Mualimin ditunjukkan dengan mengajukan gugatan ke PN Jaksel. Tidak tanggung-tanggung, nilai gugatan yang ia sodorkan mencapai Rp 210 juta atau hampir 20 kali lipat dari harga jasnya, yaitu Rp 10 juta.
Belakangan, Mualimin menarik gugatannya setelah riuh di media massa. Ia meminta masyarakat tidak menggunjingkan hal itu lagi.
![]() |
"Saya minta maaf atas permasalahan yang sudah ramai," ujar Mualimin kala itu.
Ada Apa dengan Pansel KPK Pilihan Jokowi? Simak Videonya:
(asp/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini