Pimpinan KPK Ungkap Kisah 2 Anak Enggan Nyontek Berakhir Di-bully

Pimpinan KPK Ungkap Kisah 2 Anak Enggan Nyontek Berakhir Di-bully

Ibnu Hariyanto - detikNews
Rabu, 15 Mei 2019 13:58 WIB
Ilustrasi KPK (Foto: dok detikcom)
Jakarta - Di hadapan pelaku pendidikan negeri ini, pimpinan KPK berkisah tentang sulitnya berbuat jujur bahkan dari tingkat sekolah. Wakil Ketua KPK Laode M Syarif menceritakan tentang 2 anak yang dipaksa berbuat curang yaitu mencontek.

Syarif menyampaikan kisah 2 anak itu dalam diskusi dengan tajuk 'Koordinasi Implementasi Pendidikan Anti-Korupsi di Perguruan Tinggi' di Gedung Anti-Corruption Learning Center (ACLC). Hadir dalam diskusi itu perwakilan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia hingga dan rektor sejumlah perguruan tinggi.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya Syarif menyinggung tentang kasus-kasus plagiat yang terjadi di seluruh dunia. Pencegahan plagiat disebut Syarif merupakan salah satu sikap jujur yang harus ditanamkan sejak dini sebagai bentuk pencegahan pula terhadap korupsi.

"Dan anak yang jujur yang diusir dari kampungnya, hanya di Indonesia juga. Ibu Siami dengan Alif, anaknya. Anak ini disuruh paksa termasuk gurunya suruh memberikan contekan kepada anak-anak lain, tapi dia tidak mau," kata Syarif di Gedung ACLC, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (15/5/2019).

"Dia lapor ibunya, ibunya marah ke sekolahnya dan anak-anak dan ibu-ibu sekelas dia marah ke ibu Siami dan harus keluar dari kampungnya. Itu kisah nyata yang KPK akhirnya buat filmnya," imbuh Syarif.

Cerita lainnya disebut Syarif merupakan kisah seorang anak dari kawannya. Anak tersebut disebut Syarif bersekolah di Amerika Serikat hingga kelas 5 SD kemudian kembali ke Jakarta.

"Kisah kedua namanya Abrar. Ini anak teman saya. Dia sekolah di Amerika. Setelah kelas 5 dia pulang ke Jakarta. Dia diperlakukan sama, disuruh nyontek, pulangnya menangis, ngomong sama ibunya, dia betul-betul ibu Batak, dia pergi ngamuk ke sekolahnya, dia pergi lapor kepala dinasnya, dan dia marah besar, dan dia lapor ke KPK. Tapi tidak ada juga sanksi kepada sekolah, kepada kepala dinas," kata Syarif.

Syarif menyebut Alif saat ini telah lulus dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, sedangkan Abrar telah diwisuda dari ITS. Suatu ketika Syarif ingin menjumpai Alif ketika berkesempatan mengikuti acara di Unair, tetapi ibu Alif menyebut anaknya tidak ingin bertemu siapa pun. Kenapa?




"Ternyata si Alif ini di-bully sejak masuk SMP, sampai di SMA begitu Sampai sekarang dia masih pintar tetapi tidak mau ketemu orang," kata Syarif.

Setelahnya Syarif mencoba meminta nomor telepon seluler (ponsel) Alif pada ibunya. Syarif ingin membuatkan film lagi dari kisah hidup Alif sebagai anak yang jujur tetapi Alif tidak berkenan.

"Saya ingin bikin film lagi bahwa anak-anak jujur itu bisa tanpa nyontek dan bisa sukses, masuk perguruan tinggi yang baik. Akhirnya tidak mau, dua hari baru dia (Alif) jawab, 'Maaf om nggak bisa'. Jadi kita merusak satu anak karena dia berbuat baik dan tidak nyontek," imbuh Syarif.

(dhn/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads