Rachmawati Sebut Megawati Makar di Era Gus Dur, ini Respons Puan

Rachmawati Sebut Megawati Makar di Era Gus Dur, ini Respons Puan

Ray Jordan - detikNews
Selasa, 14 Mei 2019 15:34 WIB
Puan saat pemungutan suara Pemilu 2019 (Foto: Lamhot Aritonang)
Jakarta - Rachmawati Soekarnoputri menyebut kakaknya, Megawati Soekarnoputri, melakukan makar saat menjabat wakil presiden mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Apa tanggapan Puan Maharani atas tudingan terhadap ibunya itu?

Saat ditanya mengenai hal tersebut Puan menyinggung soal pelaksanaan pemilu di Indonesia yang rutin dilakukan dalam lima tahun sekali. Dia meminta setiap pihak agar bisa legowo menyikapi hasil pemilu.

"Ya kita saya pemilu itu prosesnya lima tahunan. Pasti tiap ada pertandingan ada yang menang ada yang kalah. Kalau nanti tanggal 22 (Mei 2019) sudah ditentukan siapa pemenangnya harusnya semua bisa legowo lah," kata Puan ditemui wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (14/5/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Puan juga mengatakan sebaiknya di bulan suci Ramadhan tidak mengeluarkan pertanyaan yang menghujat. Dia mengatakan sebaiknya semua pihak bisa mengeluarkan pernyataan yang membawa nuansa positif.

"Jadi tidak usah di bulan Ramadhan kita saling hujat, bicara yang hawanya tak positif. Tapi kita lihat saja tanggal 22 (Mei 2019) bagaimana proses demokrasi di Indonesia ini berjalan. Sudah baik, dan hasil tersebutlah yang harusnya bisa diterima oleh semua pihak," katanya.



Sebelumnya diberitakan, Rachmawati Soekarnoputri membandingkan laporan makar atas Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen dengan sikap Megawati Soekarnoputri saat menjabat wakil presiden mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Rachmawati menilai Megawati-lah yang seharusnya dianggap makar.

"Kalau mau bicara secara objektif, yang disebut makar itu adalah Megawati Soekarnoputri. Ketika Gus Dur memerintah, Gus Dur sudah mengatakan memilih Chaeruddin Ismail sebagai Kapolri, tapi Megawati melakukan insubordinasi pembangkangan terhadap Presiden. Dia melakukan apa yang dipilih adalah Bimantoro (Surojo Bimantoro)," kata Rachmawati di kediamannya, Jalan Jatipadang Nomor 54, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (13/5/2019).



Menurut Rachmawati, Megawati tidak patuh terhadap presiden dalam penunjukan Kapolri. Bahkan, menurut Rachmawati, saat itu terjadi perpecahan di tubuh TNI dan Polri.

"Kemudian dia pecah belah lagi TNI-Polri. Moncongnya yang namanya Jenderal Ryamizard sebagai KSAD. Saya ingat sekali saya ada di Istana sama Gus Dur itu moncongnya sudah diarahkan ke Istana. Itu yang namanya makar unsurnya masuk, menggunakan kekuatan bersenjata, sedangkan kami ini apa? Selama pengajuan untuk perubahan ketatanegaraan, itu tidak bisa dipidana. Saya melakukan itu, itulah kalau mau bicara tentang Pak Kivlan," sambungnya. (jor/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads