"Masalah kebencian dan radikalisme yang didasarkan pada agama, etnisitas, dan identitas kelompok menjadi keprihatinan kita semua sesama negara ASEAN dan memperoleh perhatian bersama untuk penyelesaian," tegas Ni'am di sela-sela acara pertemuan Working Group on Culture of Prevention di Chiang Mai, Thailand, Senin (13/5/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.
Di samping masalah radikalisme, masalah yang disoroti ialah tentang cyber bullying yang sudah pada taraf membahayakan kohesi sosial. Turut dibahas masalah narkotika dan zat adiktif yang membahayakan generasi muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rapat juga menilai pentingnya fokus kampanye mempromosikan literasi media untuk memerangi fake news," jelas Ni'am.
![]() |
Untuk membangun harmoni dan moderasi di kalangan kaum muda, Ni'am mengatakan Indonesia akan melaksanakan pertemuan pemuda antaragama melalui ASEAN Interfaith Youth Camp.
"Kemenpora siap me-lead kegiatan dialog pemuda antaragama untuk meningkatkan kesepahaman dan meminimalkan kecurigaan serta ketegangan karena perbedaan agama. Insyaallah dilaksanakan di Mataram pada Juni mendatang," ujar Deputi Kepemudaan Kemenpora itu.
Pertemuan Working Group on Culture of Prevention ini dilaksanakan untuk kedua kalinya sebagai salah satu upaya mewujudkan masyarakat ASEAN yang damai, inklusif, tangguh, sehat, dan harmonis.
Dalam forum ASEAN Summit pada 2017, para pemimpinan negara ASEAN mengadopsi ASEAN Declaration of the Culture of Prevention (CoP) for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy, and Harmonious Society. Deklarasi ini menitikberatkan pada inisiatif pemegang kebijakan dan pendekatan partisipatif dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di ASEAN. (gbr/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini