Di Tiongkok, ibadah puasa juga dimulai sejak Senin 6 Mei 2019 oleh semua umat Muslim di Tiongkok. Menjalankan ibadah puasa di negara orang memang tidak senyaman melaksanakan di negeri sendiri.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kata sambutan dari mahasiswa Indonesia yang diwakili oleh bapak Sucipto menyampaikan ucapan terima kasih kepada imam dan pengurus Masjid Qiyijie. Karena, mereka sudah berkenan memberi kesempatan bersilaturahmi dan bincang-bincang seputar Ramadhan di Tiongkok, khususnya di Kota Wuhan.
![]() |
Sucipto menyampaikan betapa bahagianya mahasiswa Indonesia di Tiongkok yang semuanya jauh dari rumah, orangtua dan sanak keluarga, di sini malah bisa merasakan akan kehangatan bersama saudara seiman. Dia juga meminta imam Wang bisa memberikan nasehat buat teman-teman yang hadir.
Sambutan dari imam masjid yang dipanggil Imam Wang (Wang Ahong) menyampaikan seputar suasana Ramadhan di Wuhan serta harapannya di bulan Ramadhan kali ini semoga bisa bersama-sama bisa menjalankan ibadah puasa dengan kegembiraan dan bersungguh-sungguh, dan memperbanyak melakukan sesuatu yang bermanfaat. Ia juga menambahkan, kegiatan seperti ini sebagai jembatan untuk menjadikan Tiongkok dan Indonesia menjadi dua negara yang memiliki kerjasama yang baik di beberapa bidang.
Untuk lebih mempererat hubungan dan komunikasi antara mahasiswa Indonesia dan pengurus masjid, acara dilanjutkan dengan tanya jawab seputar budaya Muslim di Tiongkok dalam menjalankan puasa di bulan Ramadhan dari teman-teman Indonesia kepada pengurus masjid atau sebaliknya. Karena keterbatasan waktu, agenda silaturahmi ini pun sudah menginjak pada acara penutup.
Hasil dari bincang-bincang santai dengan Imam Wang, kami mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan mendapatkan pemahaman tentang budaya Muslim yang ada di Wuhan dalam menjalankan ibadah puasanya. Salah satunya yakni para pengurus Masjid Qiyijie menyediakan buka puasa bersama untuk semua Muslim di kota Wuhan yang mau berbuka di masjid.
![]() |
Agenda silaturahmi ini ditutup dengan pembacaan doa oleh imam Wang, dan juga foto bersama dengan imam dan pengurus masjid yang hadir ketika itu. Setelah acara ditutup, semua mahasiswa berpamitan kembali ke sekolah.
Dengan adanya agenda seperti ini, kita tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, namun juga belajar bersosialisasi dan bermasyarakat dengan orang Tiongkok sendiri. Ini suatu pelajaran yang cukup mahal karena tidak dapat dipraktikan di dalam kelas, ungkap salah satu pelajar Indonesia yang juga mengikuti acara ini. Jauh dari rumah dan orang tua, bukan berarti kita hidup sendirian di Tiongkok, masih banyak sahabat yang terus mendukung. Semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh dan hati yang senang.
*) Nur Musyafak adalah mahasiswa Indonesia di Central China Normal University Wuhan. Dia aktif sebagai pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) Cabang Wuhan Ranting CCNU.
*) Artikel ini terselenggara atas kerja sama detikcom dengan dan partisipasi Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia).
***
Jika Anda juga mahasiswa Indonesia di luar negeri dan punya cerita berkesan saat Ramadan, silakan berbagi cerita Anda 300-1.000 kata ke email: ramadan.detik.com cc artika@ppidunia.org dengan subjek: Cerita PPI Dunia & judul artikel. Sertakan minimal 5 foto berukuran besar karya sendiri yang mendukung cerita, data diri singkat, kuliah dan posisi di PPI.
(fay/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini