Jakarta - Pemerintah menetapkan awal puasa 1 Ramadan 1426 H jatuh pada hari Rabu, 5 Oktober 2005. Ketetapan ini sebagai kesimpulan atas sidang isbat. Hasil pemantauan ru'yat di seluruh Indonesia menunjukkan hilal (bulan) tidak terlihat. Sidang Isbat Penentuan Awal Ramadan 1426 H ini digelar di Kantor Departemen Agama (Depag), Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (3/10/2005). Sidang yang dipimpin Menteri Agama Maftuh Basyuni ini selesai sekitar pukul 18.40 WIB. Sidang dihadiri antara lain Ketua Badan Hisab dan Ru'yat Depag Mudzakir, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Umar Syihab, perwakilan Kedubes negara-negara Islam, perwakilan DPR, serta perwakilan lembaga dan ormas Islam, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Dalam keputusan akhirnya, Mudzakir menyampaikan Depag telah menugaskan para petugas untuk melihat hilal (meru'yat) di 19 tempat di Indonesia. Dan ternyata, tidak ada satu pun petugas di 19 tempat itu yang melihat hilal. Sementara itu, berdasarkan hisab (penghitungan secara ilmu falak), pada hari ini, matahari terbenam pada pukul 17.28 WIB, posisi hilal masih berada di bawah ufuk antara -0 derat 30 menit hingga -2 derajat 30 menit. "Dengan demikian, sidang menetapkan 1 Ramadan 1426 H jatuh pada 5 Oktober 2005," kata Mudzakir. Setelah ditetapkan, Menag Maftuh Basyuni menandatangani penetapan 1 Ramadan ini. Menag meminta semua pihak bisa menerima keputusan ini dengan lapang dada."Kepada umat Islam, selama menunaikan ibadah puasa Ramadan," kata Menag seraya menutup sidang dengan ketekukan palu. Penetapan ini disambut tepuk tangan peserta sidang. Umar Shihab menyambuk baik penetapan ini. "Dalam Islam, untuk menetapkan awal puasa ini, ada dua cara, yaitu hisab dan ru'yat. Dan ini semua terpenuhi, hasilnya klop. Tidak ada perbedaan," kata dia.
(asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini