Muhammadiyah: Awal Puasa 5 Oktober, Idul Fitri 3 November
Senin, 03 Okt 2005 12:35 WIB
Yogyakarta - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan awal puasa Ramadan 1426 H jatuh pada hari Rabu, 5 Oktober 2005. Sedangkan 1 Syawal 1426 H jatuh hari Kamis, 3 November 2005. Penetapan awal puasa 1 Ramadan dan Idulfitri 1 Syawal 1426 H merupakan hasil hisab yang dilakukan Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah.Hasil ini dikemukakan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr HM Din Syamsuddin kepada wartawan di kantor PP Muhammadiyah, Jl Cik Di Tiro, Yogyakarta, Senin (3/10/2005). Turut hadir dalam acara itu Sekretaris Umum PP Muhammdiyah HA Rosyad Saleh, Wakil ketua Haedar Nashir dan Sudibyo Markus."Keputusan jatuhnya 1 Ramadan pada tanggal 5 Oktober berdasarkan perhitungan dari Majelis Tarjih. Sedangkan 1 Syawal 1426H jatuh pada hari Kamis Wage tanggal 3 November 205. Namun kalau ada perbedaan itu tak perlu dibesar-besarkan," katanya.Din mengatakan keputusan tersebut berdasarkan perhitungan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah bahwa ijtima menjelang Ramadan 1426 H, terjadi pada hari Senin (3/10/2005) pukul 17.28.55 WIB. Pada saat itu, tinggi bulan ketika terbenam matahari di Yogyakarta pada posisi nol derajat 48 menit 37 detik. Artinya dalam kedudukan itu, hilal belum wujud. Untuk seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam matahari, posisi bulan masih berada di bawah ufuk.Sementara itu anggota Majelis Tarjih, Pengembangan dan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah, H. Oman Fathurahman menambahkan dalam menentukan 1 Ramadan itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni konjungsi harus terjadi sebelum terbenamnya matahari atau matahari lebih dulu terbenam daripada terbenamnya bulan."Oleh karena itu, nanti sore sekitar pukul 16.00 WIB, kita dari PP Muhamadiyah akan melaksanakan rukyat di Parangtritis bersama Kanwil Depag DIY dan kantor Dinas Depag kabupaten," kata Oman didampingi Ketua Majelis Tarjih Pengembangan dan Pemikiran Islam, Prof Dr Syamsul Anwar.Dalam kesempatan itu, Din juga meminta agar umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa benar-benar penuh kekhusyukan, keikhlasan dan semata-mata karena Allah dan untuk mencari keridhaan-Nya. Masyarakat juga diimbau bisa meresapi dan mengaktualisasi makna Ramadan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, ibadah puasa di samping ibadah yang bersifat ritual, juga berdimensi sosial yang tinggi. "Sebab esensi puasa itu pada hakekatnya adalah pengendalian diri. Selain itu, setiap muslim yang berpuasa dituntut untuk mampu mengembangkan kesalehan sosial, di samping kesalehan pribadi," katanya.Menurut Din, dengan puasa hendaknya umat Islam mampu membentengi diri dari merajalelanya berbagai bentuk dan jenis kemunkaran dalam kehidupan masyarakat seperti perzinaan, narkoba, pornografi dan pornoaksi serta KKN yang sangat merusak sendi-sendi moral bangsa.
(asy/)