"Kalaupun ada persoalan, mereka akan langsung menegur dengan menggunakan cara-cara yang baik," kata Nasaruddin Umar dalam keterangannya, Minggu (5/5/2019).
Tugas ulama, kata Nasaruddin, tidak hanya memahami kitabullah, tapi juga kalamullah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita mungkin bisa membaca dan menafsir kitab dengan sangat baik. Tapi apakah kita mampu memahami apa yang terkandung dari apa yang Allah katakan dengan sifat kalam Nya?" ungkap Nasaruddin.
Nasaruddin mengatakan ulama seharusnya mampu menempuh cara terbaik dalam setiap dinamika negara. Ulama di masa lalu bahkan kerap berkirim surat dengan penguasa untuk mengingatkan pemimpin tanpa mempermalukannya di depan rakyat.
"Ibnu Athoillah pernah berkata. Jika orang gampang menyalahkan orang lain, itu tanda dia masih harus belajar. Kalau dia menyalahkan diri sendiri, artinya dia sedang belajar. Nah, jika dia tidak menyalahkan diri sendiri dan orang lain, maka dia telah selesai belajarnya," katanya.
Kerendahan hati, kata Nasaruddin, adalah perhiasan seorang ulama. Bahkan ulama dengan kemampuan menafsir Alquran paling bagus pun tetap harus berpikir bahwa dia bisa saja salah. Ulama pun tak diperkenankan mengunggulkan dirinya sendiri.
"Mereka menyelesaikan persoalan tanpa menepuk dada," katanya. (ega/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini