"Bahkan sangat jelas mencerminkan watak seorang pemimpin otoriter yang sangat antikritik dan juga anti pada suara kritis media. Jika media tidak menyuarakan kepentingan politiknya, maka media dianggap merusak demokrasi," kata juru bicara TKN Ace Hasan Syadzily kepada wartawan, Rabu (1/5/2019).
Menurut Ace, media bekerja memberitakan fakta serta melakukan check and recheck terhadap berita sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalisme. Ace mengatakan, cara kerja media tidak akan membiarkan adanya hoax, kebohongan, dan ujaran kebencian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Media juga pasti rasional dengan tidak mau meracuni masyarakat dengan halusinasi, ilusi dan provokasi," imbuhnya.
Baca juga: Sandiaga Kutuk Kekerasan terhadap Wartawan |
Menurut Ace, kebebasan pers adalah tiang penyangga demokrasi. Politikus Partai Golkar itu menilai upaya untuk mengancam media dalam menjalankan tugas jurnalisme adalah perilaku diktator yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.
"Dan sangat disayangkan, sebagai politisi yang menikmati ruang kebebasan dalam alam demokrasi, Prabowo justru ingin membunuh salah satu elemen paling dasar dari demokrasi yakni kebebasan pers," tegasnya.
Sebelumnya, dalam acara peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day 2019, capres Prabowo Subianto sempat memperingatkan awak media yang hadir di lokasi.
"Itu banyak TV ya? Entah ditayangkan (atau) nggak ditayangkan, gue nggak tahu. Karena media, hati-hati, kami mencatat kelakuan-kelakuanmu satu-satu," katanya.
Prabowo memperingatkan awak media untuk berhati-hatinya. Karena menurut Prabowo, suara rakyat adalah suara Tuhan.
"Kami bukan kambing-kambing yang bisa kau atur-atur. Hati-hati kau ya. Suara rakyat adalah suara Tuhan," ucap Prabowo.
Simak Juga 'Prabowo ke Media: Gue Salut Lo Masih Berani ke Sini':
(azr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini