Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Anggodo dalam keteranganya menyampaikan, pihaknya bersama WWF, Rhino Protection Unit Yabi, dan Fakultas Kedokteran Hewan IPB telah melakukan post mortem dan evakuasi badak. Kesimpulan awal badak usia remaja yang tewas pada Kamis (21/3) ini karena infeksi penyakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin (25/3) lalu, tim tersebut juga sempat kembali ke lokasi untuk memastikan penyebab kematian. Beberapa sampel diambil seperti esophagus, trachea, paru-paru, Iambung, hati, usus halus, usus besar, otak, penis, epididymis, dan limpa. Sampel ini kemudian dianalisis Fakultas Kedokteran Hewan-IPB, LIPI dan Balai Penelitian Veteriner Bogor.
"Hasil analisis laboratorium nekropsi, saat ini masih dalam tahap akhir pembuatan sediaan histopat disebabkan jaringan sampel yang sulit di analisis karena sudah tidak segar," ujarnya.
Ia mengatakan, pemeriksaan yang disebut histopat diperkirakan selesai pada tanggal 7 Mei 2019. Tapi, terhadap spesimen berupa cula, gigi taring bagian atas dan bawah, gibi menur, dan kuku di simpan di Kantor TNUK di kawasan Labuan, Pandeglang.
Pada Sabtu (13/4) lalu, tim gabungan juga menurutnya melakukan pembongkarang kuburan badak kembali. Hal ini dilakukan untuk identifikasi tulang untuk kemudian disimpan di labolatorium anatomi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
(bri/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini