"Itu ide yang sangat brilian dari presiden karena pertama kita lihat secara geografis Sulawesi Selatan memang itu berada di center," kata Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman di Makassar, Selasa (30/4/2019).
Berikut ini beberapa infrastruktur yang tengah di bangun dan telah ada yang dirangkum detikcom jika nantinya Sulsel terpilih menjadi ibu kota negara:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kereta Api Trans Sulawesi
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Timur Nur Setiawan memahami bahwa Trans Sulawesi dibangun bukan untuk memenuhi kebutuhan yang sudah ada. Justru sebaliknya, moda transportasi berbasis rel itu dihadirkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
"Trans (Sulawesi) ini kan didirikan bukan untuk angkut sesuatu yang sudah ada. Tapi adalah men-generate ekonomi wilayah itu," katanya.
Kereta Trans Sulawesi ini pun akan menghubungkan wilayah-wilayah di Sulawesi dengan pelabuhan, yaitu Makassar New Port.
Konektivitas yang tercipta itu diyakini akan melahirkan industri industri baru di wilayah tersebut. Dengan demikian, pada akhirnya keberadaan Kereta Trans Sulawesi akan bermanfaat.
Proyek perkeretaapian Trans Sulawesi sepanjang 142 km sudah terbangun 45 km. Proyek ini sudah dimulai sejak November 2015.
2. Wisma Negara
Proyek ini telah dirintis pada 2011-2017 era kepemimpinan Gubernur Syahrul Yasin Limpo. Gedung serbaguna Wisma Negara ini juga berada satu kompleks dengan masjid 99 kubah kebanggaan warga Kota Makassar.
Pembangunan gedung serbaguna Wisma Negara ini disebut menggunakan dana sekitar Rp 98 miliar. Gedung ini diketahui memiliki luas sekitar 76 x 40 meter persegi. Anggaran pembangunan ini berasal dari APBD Pemprov Sulsel.
Kepala Dinas Tata Ruang Pemprov Sulsel Darmawan Bintang menjelaskan bahwa di area Wisma Negara rencananya akan berdiri 4 gedung di atasnya. Setelah gedung serbaguna, akan ada Wisma Negara untuk tempat menginap kepala negara, hall, dan perpustakaan.
"Yang terbangun sekarang itu gedung serbaguna untuk pertemuan. Jadi prinsipnya lahannya sudah tersedia, dananya semuanya dari APBD, pernah dijanjikan oleh pemerintah pusat untuk diberikan bantuan, tapi sampai sekarang belum turun," terang Darmawan.
![]() |
3. Makassar New Port
Makassar New Port (MNP) yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia IV akhirnya beroperasi penuh.
Beroperasinya MNP secara penuh ini terhitung pada 28 Maret lalu setelah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Hubla) Kementerian Perhubungan resmi memberikan izin kepada PT Pelabuhan Indonesia IV.
Direktur Utama PT Pelindo IV Farid Padang mengatakan dengan adanya izin operasi penuh dari Dirjen Hubla, dermaga MNP kini juga sudah bisa melakukan direct call karena kedalaman dermaga sudah - 16 m LWS.
"Sebelumnya, kedalaman dermaga MNP baru-12 m LWS, namun sudah bisa digunakan untuk uji coba sandar kapal sambil terus dilakukan pengerukan," kata Farid di Makassar, Senin (8/4/2019).
Dia menuturkan, meski kedalamannya baru-12 m LWS, namun dermaga MNP sudah bisa disandari kapal yang rata-rata memuat barang dari Makassar untuk dikirim ke beberapa daerah tujuan di wilayah Timur Indonesia seperti Ambon, Ternate, Sorong, Surabaya, Manokwari, Nabire, dan Jayapura. Dengan barang yang diangkut antara lain semen, makanan ternak, beras, minuman, palawija, gula pasir, dan barang elektronik.
4. Bandara Sultan Hasanuddin
Angkasa Pura I (Persero) secara resmi telah memulai pengerjaan proyek pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Proyek pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar yang dilakukan mitra kontraktor WIKA yaitu perluasan terminal penumpang domestik eksisting ke sisi selatan, gedung parkir, dan akses jalan utama terminal di mana beberapa pekerjaan ini masuk ke dalam pengembangan Tahap I Paket I, sesuai masterplan pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Proyek pengembangan yang dilakukan mitra kontraktor WIKA ini dimulai sejak diberikannnya surat perintah kerja pada 15 Februari 2019 dengan target selesai pada April 2021. Pada proyek pengembangan ini, terminal eksisting akan diperluas dari yang saat ini hanya 51.815 meter persegi dengan kapasitas 7 juta penumpang per tahun menjadi 144.480 meter persegi dengan kapasitas 15,5 juta penumpang per tahun.
![]() |
5. Jalan Tol dan Jalan Layang Makassar
Tidak lama lagi kota Makassar, Sulawesi Selatan, akan segera mempunyai Jalan Tol Layang pertama. Pembangunan Jalan Layang ini ditujukan sebagai solusi mengurai kepadatan kendaraan di Makassar.
Pembangunan ini juga ditunjukkan sebagai penambahan lingkup Jalan Tol Ujung Pandang Seksi I & II (PT BMN), Jalan Tol Layang A.P. Pettarani (Seksi III) yang dibangun di atas jalan nasional A.P. Pettarani.
Jalan tol layang dengan panjang 4,3 km ini memiliki nilai investasi lebih dari Rp 2 triliun. Konstruksi akan menggunakan desain kantilever (double decker) yang merupakan teknologi pertama di Indonesia dan ditargetkan selesai pada 2020 dengan PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) selaku kontraktor.
Jalan tol layang ini akan menghubungkan Maros - Bandara Internasional Sultan Hasanuddin - Jalan Tol Seksi I dan II - Jalan Andi Pangerang Petta Rani hingga ke Jalan Sultan Alauddin.
Tol Layang Makassar ini memiliki jalur off/on ramp di tiga titik yakni di Jalan Urip Sumiharjo, Jalan Boulevard, dan Jalan Sultan Aluddin.
6. PLTB Sidrap dan PLTB Jeneponto untuk Pasokan Listrik
Sulawesi Selatan kini boleh berbangga, pasalnya wilayah ini sudah memiliki pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) untuk mendapatkan aliran listrik dari pembangkit energi baru terbarukan.
'Kebun Angin Sidrap', kebun angin ini terletak di Desa Lainungan, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sdenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Di lahan seluas 100 hektar, telah terpasang 30 turbin yang memiliki ketinggian 80 meter dan baling-baling sepanjang 57 meter. Daerah ini kini menjadi salah satu wisata untuk masyarakat di Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 150 km dari Kota Makassar.
Saat ini sebanyak 30 Wind Turbin Generator (WTG) yang terpasang pada PLTB Sidrap, telah menghasilkan energi listrik untuk Sistem Sulawesi Bagian Selatan. Pembangunan ini menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 40% dan menyerap sekitar 1150 tenaga kerja.
Daya yang dihasilkan sebesar 75 MW akan dialirkan ke Sistem Sulawesi Bagian Selatan yang meliputi Sulsel, Sulbar dan Palu (Sulteng). Dengan total daya 75 MW, maka PLTB Sidrap.
Setelah Sidrap, ada juga kebun angin di wilayah Jeneponto, PLTB Tolo 1 ini merupakan 'kebun angin' raksasa terbesar kedua setelah PLTB Sidrap. Secara teknologi PLTB Tolo 1 menggunakan teknologi Siemens yang satu towernya memiliki kapasitas 3,6 Megawatt. Sedangkan Sidrap 2,5 Megawatt.
Kemudian kondisi angin di wilayah Tolo dinilai lebih baik dibandingkan Sidrap. Kebun angin ini dibangun di lahan seluas 60 hektar dengan investasi total sebesar US$ 160 juta.
PLTB Tolo-1 berkapasitas 72 MW ini akan menjadi pembangkit listrik tenaga angin/bayu dengan kapasitas terbesar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap (75 MW). Walaupun secara kapasitas sedikit di bawah PLTB Sidrap, namun infrastruktur per tower pada PLTB Tolo-1 adalah yang terbesar, dengan 20 turbin angin masing-masing kapasitas 3,6 Megawatt (MW).
![]() |
Simak Juga 'Ratusan Triliun untuk Pindah Ibu Kota':
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini