Jubir BPN Prabowo-Sandi, Pipin Sopian, awalnya menyebut hasil quick count sejumlah lembaga survei seolah menggiring opini bahwa capres Jokowi keluar sebagai pemenang.
"Ada di mana quick count disampaikan secara membabi buta. Ada demoralisasi tim relawan dan saksi kami di daerah-daerah, kabupaten, kota, provinsi. Jadi konsekuensi berlebihan dipublikasikannya quick count, ada upaya menggiring opini supaya kemenangan sesuai yang di-quick count," kata Pipin dalam diskusi bertajuk 'Pemilu Serentak yang Menghentak' di Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (20/4/2019).
Pipin kemudian menuturkan pihaknya yakin Prabowo memenangi Pilpres 2019 berdasarkan hasil real count yang dilaksanakan pihaknya di berbagai wilayah.
"Dasar (Prabowo) deklarasi karena kami memiliki tim khusus untuk menghitung secara real count dari daerah-daerah dan memang ada perbedaan dengan data quick count. Penting bagi kita untuk menghormati hasil KPU. Yang paling dikhawatirkan kami adalah kecurangan dalam penghitungan," ujar Pipin.
Tudingan Pipin kemudian ditepis oleh peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Aji Al Farabi. Aji meyakini 1.000% hasil quick count dapat dipertanggungjawabkan.
"Saya sangat percaya dengan data yang kami ambil, dengan penghitungan yang kami lakukan, dengan track record kami, dengan histori yang panjang yang telah kami lakukan, saya yakin bisa dipertanggungjawabkan," ucap Aji dalam kesempatan yang sama.
Aji mengaku siap mundur dari dunia survei jika hasil quick count berbeda jauh dengan real count yang sedang dilakukan KPU.
"Seribu persen saya yakin bahwa hasil KPU tidak akan jauh meleset dari hasil quick count yang kami laksanakan. Kalaupun jauh meleset, sebagai pertanggungjawaban moral kami (LSI), saya secara pribadi berani untuk berhenti dari lembaga survei," tandas Aji.
Saksikan juga video 'Pro Kontra Quick Count':
(aud/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini