"Kalau di dalam negeri, itu mungkin lebih mudah dibanding luar negeri. Di Indonesia, TPS ada 800 ribu, satu TPS maksimum 300 (pemilih)," ujar JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memang dianjurkan untuk lebih cepat. Supaya, waktu dipakai (sesuai yang ditetapkan)," katanya.
Menurut JK, pemungutan suara di luar negeri terjadi keributan karena jumlah TPS yang kurang. Sementara itu, banyak juga pemilih yang hanya membawa paspor.
"Kalau di dalam negeri, mau yang pindah sudah diatur, sebelumnya sudah ada daftarnya. Jadi tidak ada sesulit itu. Di luar negeri itu banyak orang yang tidak mendaftar. Kedua, juga TPS-nya tidak banyak semua berkumpul di kedutaan, seperti itu. Apa yang kita lihat terjadi itu," tuturnya.
JK berharap, dalam pemilu tahun ini, partisipasi masyarakat tinggi untuk memberikan hak suaranya.
"Saya kira pemilu ini yang tingkat partisipasinya paling tinggi di luar negeri, khususnya kita harapkan besok partisipasinya tinggi," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, sempat terjadi kisruh saat penyelenggaraan Pemilu 2019 di Sydney, Australia. Banyak WNI yang tidak bisa menggunakan hak pilih, salah satunya karena TPS tutup pukul 18.00 waktu Sydney.
Simak Juga 'Ini Perbedaan Pemilu 2014 dan Pemilu 2019':
(nvl/zak)