Warga Kembali Memasak Menggunakan Kayu Bakar

Warga Kembali Memasak Menggunakan Kayu Bakar

- detikNews
Rabu, 28 Sep 2005 19:07 WIB
Solo - Sebulan terakhir, BBM jenis minyak menjadi incaran ibu-ibu rumah tangga. Akibatnya, harganya melambung tinggi di atas harga yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, untuk mendapatkannya sangat sulit. Akhirnya warga di pedesaan kembali menggunakan kayu bakar sebagai ganti minyak tanah.Di Sumberlawang, Sragen, hampir seluruh warung di desa tersebut tidak menjual minyak tanah karena tidak lagi memiliki stok. Warga terkonsentrasi antre di pangkalan yang berada di pasar induk kecamatan. Itupun belum dijamin akan mendapatkan minyak sesuai kebutuhan karena pangkalan minyak tanah disuplai Pertamina setiap tiga hari sekali."Antre jirigen tiga hari lalu baru dapat minyak hari ini. Itupun dibatasi 10 liter tiap orang dengan harga Rp 1.500/liter.Padahal saya punya warung makanan yang setiap harinya paling tidak menghidupkan tiga kompor bersamaan," papar Karsiti, warga Sumberlawang, kepada detikcom, Rabu (28/9/2005).Jika cadangan minyak habis, Karsiti lalu menggunakan kayu bakar. Bahan baku kayu dia dapatkan dari tetangga desa dengan harga yang tidak murah juga. "Daripada semua tidak jalan. Saya lebih sering menggunakan kayu meskipun asapnya mengganggu, sebab kalau menggunakan tungku arang tenaga yang dikeluarkan jauh lebih banyak," lanjutnya.Hartati dan Murtini, keduanya juga warga Sumberlawang, telah mulai terbiasa memasak dengan kayu setelah merasakan harga minyak tanah tidak lagi dapat dijangkau. Dua ibu rumah tangga ini memanfaatkan pohon tidak produktif atau dahan dan ranting pohon yang banyak tumbuh di pekarangan maupun lahan pertaniannya.Membeli dari Luar DaerahDi Kota Solo, distribusi minyak tanah juga tidak lebih baik. Banyak warung di kampung yang tidak lagi menjual minyak. Kalaupun ada yang menjual harga ecerannya mencapai Rp 1.600 hingga Rp 2.000/liter. Pada pedagang mendapatkan minyak dari luar daerah meskipun tindakan tersebut sebenarnya dilarang."Pagi-pagi sekali suami saya berangkat mencari minyak ke pangkalan di daerah Batu, Wonogiri. Kepada para tetangga kami menjual dengan harga Rp 1.600/liter. Kami melakukannya karena membeli di pangkalan dalam kota selalu tidak kebagian," kata Ngatmi, pemilik warung kebutuhan rumah tangga di pemukiman padat Baluwarti, Solo."Ada yang memberitahu saya sebenarnya dilarang membeli minyak ke daerah lain karena itu bagian warga daerah tersebut. Belum lama ini saya juga pernah berhenti berjualan minyak karena tidak ada stok, tetapi kasihan para tetangga yang sebagian besar memasak dengan kompor minyak. Mereka harus membeli ke tempat yang cukup jauh dengan harga Rp 2.000/liter," lanjutnya. (jon/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads