Titiek menyinggung soal kepemimpinan ayahnya saat berorasi di kampanye Prabowo di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (10/4/2019). Awalnya, ia meminta warga Solo untuk memenangkan sang mantan suami.
"Kita semua siap memenangkan beliau kan. Apalagi warga Solo harus semangat," ujar Titiek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembawa acara pun mengingatkan Titiek pendukung yang hadir di kampanye Prabowo itu bukan hanya dari warga Solo, tapi dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Titiek pun lantas menyapa warga Jateng sambil menyinggung soal ayahnya.
"Jateng piye kabare? Penak zaman bapakku to? (Jateng bagaimana kabarnya. Enak zaman bapakku to)," kata Titiek.
Pernyataan Titiek tersebut dibalas oleh Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni. Pria yang akrab disapa Toni itu menyebut era Soeharto tidak enak.
"Ora penak blas (tidak enak sama sekali)," kata Toni.
![]() |
Sekjen PSI itu lalu mengungkit soal era Soeharto yang jauh dari kebebasan. Toni mengingatkan Titiek tak bisa berbicara leluasa seperti saat ini jika berada di era kepemimpinan ayahnya.
"Bu Titiek lupa, ia bisa bicara bebas seperti itu karena reformasi. Kalau lawan politik pada masa bapaknya pasti sudah hilang, diculik grup Mawar atau Melati," ungkap Toni.
Dia juga mengungkit soal fungsi pers di zaman Soeharto yang mengalami kesulitan sehingga informasi, termasuk soal kampanye, tak mudah tersampaikan kepada masyarakat. Toni menyebut, di era Soeharto, rival dari pemerintah tidak mendapat porsi yang sama dalam pemberitaan.
Menurut Toni, rakyat Indonesia merasa tidak nyaman hidup di era pemerintahan Soeharto, yang berkuasa selama 32 tahun. Ia juga menyinggung Prabowo, yang merupakan mantan menantu Soeharto.
"Rakyat Indonesia tidak akan lupa betapa tidak nyamannya kehidupan rakyat di bawah kepemimpinan bapaknya, kecuali para elite yang di sekitar Cendana, termasuk Prabowo, salah seorang capres hari ini," ucap Toni.
Ungkapan Toni ditanggapi oleh Ketua DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang. Menurutnya, masih ada 30% rakyat Indonesia yang saat ini masih mencintai Soeharto karena kepemimpinannya.
"Di masa kepemimpinan beliau, NKRI terjaga utuh karena wacana pembangunan Trilogi Pembangunan (keamanan terjamin, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan merata). Itu kan masa-masa awal pembangunan kita perlu ketegasan seorang pemimpin. Beda dengan masa kini yang serba mudah karena perkembangan teknologi," urai Badaruddin.
Badaruddin mengklaim masih ada masyarakat yang merindukan suasana di zaman kepemimpinan Soeharto. Menurutnya, peluang kerja hingga soal pangan gampang didapatkan.
"Namun suasana zaman Pak Harto yang dirindukan orang, aman, mudah berusaha dan dapat kerja, murah sandang-pangan, dan pembangunan pro-rakyat banyak. Ada pasar inpres, ada jalan inpres, ada posyandu, kelompencapir, dan lain-lain. Pembangunan fokus dan terarah lewat GBHN, Repelita, Pelita," tuturnya.
Badaruddin menegaskan orang-orang yang hidup di zaman tersebut pasti merasakan kenikmatan. Dia lalu berbicara soal kelompok terlarang.
"Orang yang hidup zaman itu pasti merasakan enaknya. Yang tidak enak pasti ada, bagi mereka yang merasa disisihkan karena mungkin saja saat itu mereka termasuk penghambat pembangunan dan beraliran komunis/PKI yang dilarang oleh konstitusi sampai saat ini. Jadi kebebasannya terbatas dan pasti tidak enak," sebut Badaruddin.
Raja Juli Antoni kembali membalas Berkarya. Menurut Toni, pernyataan Badaruddin tersebut minim narasi, terutama karena menyinggung soal PKI.
"Kasihan Berkarya. Miskin narasi. Yang ada di benak mereka cuma ada PKI," kata Toni.
Menurut Toni, Berkarya tidak memahami esensi demokrasi. Dia menyebut Berkarya merupakan bagian dari kelompok yang suka menyebarkan fitnah kepada capres petahana Jokowi.
"Berkarya satu kubu dengan orang yang sering nyebar fitnah Pak Jokowi PKI," tutup Toni.
Halaman 2 dari 2