Pantauan detikcom di KPU Jakarta Selatan, Rabu (10/4/2019), antrean para calon pemilih yang hendak mengurus kepindahan TPS mengular hingga keluar gedung. Masyarakat tertib menunggu di tengah terik sinar mentari.
Mereka yang rela antre mengurus kepindahan tentunya tidak akan golput di Pemilu 2019. Mereka memandang ajang pencoblosan merupakan hari penting untuk menentukan nasib bangsa ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antrean para calon pemilih yang mengurus kepindahan TPS di KPU Jaksel. (Jefrie Nandy Satria/detikcom) |
detikcom mewawancarai beberapa calon pemilih yang hendak mengurus kepindahan TPS. Salah satu yang diwawancarai, bernama Rizki Yudha Perwira (24), karyawan salah satu perusahaan BUMN. Rizki mengaku tiba di KPU Jaksel sejak pukul 09.00 WIB. Dia merupakan warga Klaten dan hendak mencoblos di Jakarta Selatan.
Bagi Rizki, mencoblos di Pemilu 2019 merupakan hal penting. Dia mengurus kepindahan karena ada tugas dan tidak bisa pulang kampung saat hari pencoblosan.
"Ini terkait siapa yang akan memimpin kita ke depan, 5 tahun ke depan itu siapa. Jadi ya walaupun satu suara bagi saya penting. Karena itu aspirasi dari saya, ya, kan," imbuh dia menjelaskan alasan tentang pentingnya mencoblos.
Masyarakat calon pemilih tersebut rela antre meski disengat terik matahari. Rizki mengakui memang lelah dan kepanasan. Namun itu tadi, baginya, mencoblos sangat penting untuk masa depan negara ini. Namun dia memandang harusnya KPU Jaksel lebih siap menyambut antusiasme para pengurus pindah TPS.
"Panas sih gitu. Panas, capek. Kayak nggak ada persiapan untuk antrean ini sih, siapin tenda atau apa. Kalau emang tahu antusiasme warga itu sebesar ini, yang sebanyak ini, harusnya panitia KPU harusnya harus lebih prepare lagi. Nyiapin tenda atau kipaslah minimal gitu. Pada kepanasan semua sih ini. Coba kalau hujan, ya, kan," katanya.
Inayah (34), yang mengaku mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi negeri di Depok, Jawa Barat, rela antre untuk mengurus pindahan TPS suaminya. Sang suami mendapat tugas di hari pencoblosan sehingga harus pindah TPS.
"Kalau saya udah ngurus. Ini saya ngurus punya suami saya. Kan dapat surat tugas kemarin sore, jadi mendadak. Jadi ini ngurus buat suami saya," sebut Inayah. Suami Inayah berasal dari Riau dan hendak mencoblos di Jakarta Selatan.
Seperti Rizki, dia memandang hari pencoblosan merupakan hari penting. "Sayang ya. Sayang kalau harus hilang suaranya. Coba misalnya yang pindah aja segini banyak, berapa banyak suara yang hilang kan. Jadi kalau masing-masing individu mau ngurus kan lumayan suara yang didapatkan untuk masing-masing calon, baik legislatif maupun eksekutif ya," tutur dia.
Ada pula Fitriawati (38), pegawai swasta asal Makassar yang sekarang pindah kerja ke Jakarta. Mengantre pindahan TPS dari pukul 08.00 WIB, dia menegaskan satu suara penting di Pemilu 2019.
"Kita kan sebagai warga kan punya hak pilih ya. Terus kita bayar pajak. Kan kita nggak mau suara kita sia-sia. Satu suara kan menentukan," sebut dia. (gbr/imk)












































Antrean para calon pemilih yang mengurus kepindahan TPS di KPU Jaksel. (Jefrie Nandy Satria/detikcom)