Habib Hanif Nilai 'Saf Salat Campur' di Kampanye Prabowo Sah, Begini Penjelasannya

Habib Hanif Nilai 'Saf Salat Campur' di Kampanye Prabowo Sah, Begini Penjelasannya

Tim detikcom - detikNews
Senin, 08 Apr 2019 14:07 WIB
Foto: Salat subuh sebelum kampanye akbar di GBK (Antara FOTO/Galih Pradipta)
Jakarta - Adanya sebagian 'saf salat campur' sebelum kampanye akbar capres Prabowo Subianto di Gelora Bung Karno (GBK) dimulai menjadi perbincangan. Habib Muhammad Hanif Al-Athas menyatakan salat para jemaah tetap sah.

Dalam pernyataan tertulis Habib Hanif yang diteruskan Ketum PA 212 Slamet Ma'arif, Senin (7/4/2019), Habib Hanif awalnya mengatakan belum pernah ada catatan tetang kerelaan rakyat menghadiri--bahkan menginap--demi menghadiri kampanye akbar, dan itu menurutnya terjadi di kampanye Prabowo. Sejak dimulai hingga ditutup, Habib Hanif menyebut kampanye akbar Prabowo penuh nuansa religius.

"Tentunya fenomena luar biasa ini membuat sebagian pihak gerah dan mendorong mereka untuk mencari-cari celah. Salah satunya masalah bercampurnya saf salat di sebagian titik yang ramai diperbincangkan," kata Habib Hanif Al-Athas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Habib Hanif menegaskan panitia pada dasarnya sudah mengatur saf laki-laki dan perempuan sesuai dengan posisi yang diajarkan syariat yang mana laki-laki di depan dan perempuan di belakang serta tidak bercampur.

"Namun di luar itu, jumlah jemaah yang membeludak membuat percampuran di beberapa titik tidak terhindarkan. Artinya, saf yang bercampur betul-betul di luar kendali panitia lantaran jumlah jemaah yang sudah tak terbendung," kata dia.

Habib Hanif menegaskan insiden bercampurnya saf tersebut tidak membuat salat batal. Dia berpegang kepada mazhab Imam Asy Syafi'i.

"Meski demikian, insiden bercampurnya saf ini tidak menjadikan salat mereka batal/tidak sah. Salatnya tetap sah, hanya saja dalam mazhab Syafi'i hal itu dihukumi makruh: tidak dosa, namun kalau safnya sesuai posisi yang diajarkan akan mendapatkan pahala. Hal ini bisa dilihat dalam berbagai referensi otoritatif mazhab Syafi'i, seperti Hasyiah Qolyubi 1/239, Hasyiah At-Turmusi 3/62 dan Hasyiah I'aanah at-Tholibiin 2/25," ungkap Habib Hanif.


Lebih jauh Habib Hanif mengatakan ada pelajaran besar yang bisa dipetik dari kampanye akbar 02 di GBK. Kampanye yang dulu menurutnya kerap identik dengan konser musik, joget-joget dan hura-hura, kini telah berubah haluan menjadi tahajud, salat jemaah, zikir, istigasah dan pembacaan maulid serta selawat Nabi Muhammad SAW untuk mengetuk pintu rahmat demi keselamatan bangsa.

"Jika ada kekurangan seperti masalah saf dan lain-lain, itu karena tak lebih dari masalah teknis di lapangan yang cukup sulit sebab jemaah yang membeludak. Anehnya, kenapa karena perkara yang makruf mereka begitu ribut? Sedangkan saat ada yang goyang ngebor sampai jungkir balik di kampanye lainnya mereka happy-happy aja?" kata dia.

"Cinta dan benci memang bisa membuat orang jadi buta. Kasihan mereka yang selalu mencari-cari kesalahan, hanya melihat setitik keburukan di antara segudang kebaikan. Ibarat lalat, hanya akan hinggap di kotoran, meskipun ada bentangan taman bunga di sekitarnya," tutur Habib Hanif.



BPN: Prabowo Tak Seperti Jokowi Minta Mundurkan Saf Salat Agar Bisa Difoto

[Gambas:Video 20detik]


(gbr/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads