Mochtar Pabottingi mengingatkan kondisi bangsa Indonesia hari ini yang masih di bawah bayang-bayang kebangkitan Orde Baru. Ia bahkan menyebut dengan tegas rezim Orde Baru sebagai pembawa malapetaka politik Indonesia.
"Bahaya terbesar yang terus membayangi dan bisa kembali menimpa bangsa kita adalah kembalinya sistem pemerintahan Orde Baru. Dari keempat rezim yang sudah berkiprah di Tanah Air, Orde Baru tersimpul sebagai pembawa malapetaka, maha bencana atas bangsa serta segenap sendi-sendi kenegaraan kita," kata Mochtar di Jakarta, Rabu (3/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orde Baru ditandai dengan pemerintahan monopolistik, militeristik yang nihil akuntabilitas dan prinsip checks and balances, yang sarat diskriminasi dan kesewenang-wenangan tak bertara di sepanjang sejarah kemerdekaan kita," tutur pria yang genap 74 tahun pada Juli nanti.
Tak hanya gagal merawat nilai demokrasi dengan melanggengkan kekuasaan monopolistik dan militeristik. Rezim Orde Baru, menurut Mochtar, juga mencederai sila kedua, ketiga, keempat dan kelima dalam Pancasila. Dalam kata lain, jalan politik Soeharto dominan bertumpu pada sila pertama dan mengabaikan sila-sila yang lain.
Menurut Mochtar, "Setidaknya 4 sila dari Pancasila, yaitu sila kedua hingga kelima diinjak-injak dan/atau dicampakkan selama Orde Baru, dan semua itu dibiarkan dengan impunitas."
Namun, setelah kejatuhan rezim Orde Baru dan ditandai dengan terbukanya gerbang Reformasi, kondisi politik Indonesia tak serta-merta terlepas dari pengaruh orang-orang Orde Baru yang mencoba memasuki kembali gelanggang politik. Mochtar Pabottingi pun memakai istilah tarik tambang antara barisan Reformasi dan barisan Orde Baru.
"Maka terjadi dan berlanjutlah kerusakan parah atas perikehidupan bangsa kita sungguh-sungguh secara multidimensi, yang terjadi adalah tarik tambang atau tug of war antara barisan Reformasi dengan barisan Orde Baru, hingga detik ini." dia memaparkan pemikiran politiknya.
Dukung Gerakan Modern
Mochtar kemudian memberikan dukungannya kepada gerakan modern. Secara gamblang dia memberi dukungan kepada Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dukungan itu ia sampaikan dalam video yang beredar luas di dunia maya.
Sikap profesor LIPI kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, berangkat dari kekagumannya terhadap PSI sebagai partai modern dan berharkat. Selain itu pula, ia menilai PSI berhasil menjadi wadah pergerakan politik kaum muda berintegritas dan cerdas.
"Dalam usia mudanya itu, PSI telah menampilkan visi kepartaian modern dan berharkat. Ia (PSI) juga berhasil menampilkan tokoh-tokoh muda berintegritas dan berwawasan cerdas," ujar dia dalam video berdurasi 05:27 menit itu.
Mochtar juga menegaskan bahwa masa depan Indonesia layak dipercayakan kepada PSI sebagai partai antikorupsi dan anti-intoleransi. Menurutnya, gairah politik PSI yang setia menjaga demokrasi dan merawat keberagaman tanpa diskriminasi terlihat jelas dalam dua tahun belakangan.
"Hanya di pundak partai-partai demikian, masa depan Indonesia bisa dipercayakan," terangnya.
"Sila simak kebangkitan mereka dalam tempo dua tahun terakhir. Kita merindukan partai-partai politik bermartabat, nirkorupsi dan tidak setengah-setengah dalam mengusung demokrasi dan keberagaman tanpa diskriminasi," lanjut ia.
Lantas, ia pun meminta publik juga mendukung PSI dengan memilih kader-kader PSI di Pileg 2019 mendatang. Baginya, PSI tidak hanya urusan politik semata, tapi bagian dari kebajikan publik.
"Berilah mereka (PSI) kesempatan, luangkan jalan bagi kaum milenial sebagai eksponen kebajikan publik," pungkas Mochtar Pabottingi.
Selain menyatakan dukungan politik kepada PSI, pada bagian lain dalam video, Mochtar Pabottingi juga mengapresiasi kinerja petahana Jokowi selama satu periode pemerintahannya.
Menurut doktor ilmu politik University of Hawaii, Amerika Serikat, itu Jokowi banyak menorehkan prestasi dalam pembangunan, terutama fokus membangun wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang seolah tidak terjamah oleh rezim-rezim sebelumnya.
"Dari kelima Presiden pasca Reformasi, Presiden Jokowi lah yang terbanyak menghasilkan prestasi nyata dalam pembangunan, dan perbaikan perikehidupan ekonomi, sosial rakyat, hingga ke wilayah-wilayah pinggiran Tanah Air yang praktis selalu diabaikan atau tak sempat diurus selama masa-masa Reformasi sebelumnya," kata dia.
Lebih jauh, dari tokoh-tokoh yang pernah menjadi presiden Indonesia, ia mengatakan hanya Jokowi yang layak disandingkan dengan ketokohan Presiden Soekarno dalam hal transparansi dan melawan korupsi.
Tak hanya itu, kesahajaan hidup dalam pribadi Jokowi dan keluarganya, dan yang selalu mengutamakan kerja keras bagi sesama patut dijadikan teladan.
"Dari seluruh Presiden yang pernah memerintah dalam republik kita, mungkin hanya dengan Presiden Sukarno, Presiden Jokowi bisa disejajarkan dalam hal kebersihan dan keterjauhannya dari praktik korupsi, dan KKN pribadi," tambahnya.
"Dan bisa dipastikan Presiden Jokowi yang telah mengukuhkan teladan hidup yang tak hanya bersahaja, melainkan juga sarat kerja dan prestasi," pujinya dalam video itu. (fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini