Polisi menyebut A terlibat beberapa serangan teror, di antaranya serangan bom di Surabaya dan bom bunuh diri di Polres Surakarta.
"A dalam kelompok ini sebagai amirnya. (Jejak terorisme A) salah satunya masih terkait masalah bom Surabaya, kemudian masih ada beberapa serangan-serangan terorisme yang dilakukan di Solo. Kan ada beberapa kejadian di Solo, termasuk bom bunuh diri di Polresta Surakarta itu," terang Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi menerangkan kelompok teroris yang terdiri dari delapan orang ini saling berbagi tugas. Ada yang menjadi penyandang dana, ada juga pencari dana dengan cara merampok.
"Di kelompok mereka, ada yang sebagai pendana, ada yang mencari dana dengan cara fai atau merampok. setelah mendapat dana baru kembali menyusun aksi teror ini," ujar Dedi.
Dedi menuturkan Densus 88 Antiteror belum menemukan sistem perekrutan anggota kelompok ini yang melibatkan perempuan.
"Belum terdeteksi ada perempuannya apa nggak, soalnya yang ditangkap masih kaki tangannya, satu ini," sambung Dedi.
Sejak penangkapan di Lampung, Densus 88 Antiteror sudah menangkap 11 terduga teroris yang merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sampai hari ini.
Polri mendeteksi JAD jaringan Sibolga-Tanjung Balai- Lampung-Klaten dan JAD Bandung-Surabaya ini berencana menyerang polisi di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Diketahui, terduga teroris ke-11 yang ditangkap adalah WP alias Sahid, yang diamankan dari rumah kontrakannya di Desa Bojong Malaka, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.
WP alias Sahid disebut sebagai anggota JAD jaringan Bandung. WP alias Sahid berkoordinasi dengan jaringan Lampung dan Sibolga untuk menyerang aparat. Mereka saling berkomunikasi lewat media sosial WhatsApp.
Menpora: Pemain PUBG Itu Bukan Teroris! (aud/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini