"Komitmen untuk menjaga NKRI itu sudah final. Pancasila pun sudah final, jadi jangan ada lagi di antara kita saling kucil-mengucilkan. Semua kita adalah bangsa yang sudah sepakat dengan Pancasila. Bahwa ada nanti ada orang yang belum paham, nah ini objek dakwah, objek pendidikan," kata Jimly.
Pernyataan tersebut disampaikan Jimly di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2019). Jimly menyebut, siapapun yang belum paham soal Pancasila harus dididik dan dicerahkan, bukan dimusuhi. Misalnya saja eks anggota ormas Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI, yang telah dibubarkan pemerintah Presiden Jokowi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan dimusuhi, termasuk mantan-mantan Hizbut Tahrir pun bukan musuh, tapi mereka adalah kelompok yang perlu dididik, perlu dicerahkan. Jadi kita jangan memusuhi rakyat kita sendiri, warga negara kita sendiri. Orang yang dalam tanda petik tidak tahu, atau bahasa kasarnya bodoh. Orang bodoh itu bukanlah orang yang harus masuk neraka, cuma masuk surganya telat, itu saja," ujarnya.
Sosok yang juga Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini menegaskan, Pancasila adalah ideologi negara dan sudah disepakati bersama. Jika ingin mengganti ideologi Pancasila, berarti menghianati bangsa.
"Jadi kita jangan musuhi mereka, kita didik, beri pencerahan supaya mereka mengerti bahwa Pancasila, Islam dan agama apapun yang dianut dalam keyakinan penduduk negeri kita, itu sesuai dengan kesepakatan bersama. Pengkhianatan terhadap kesepakatan bersama itu melanggar hukum, maka itu tidak boleh. Tapi jangan semua didekati dengan hukum. Orang yang salah paham langsung dimasukkan dalam penjara, itu sekarang penjara sudah penuh, jadi jangan semua didekati secara hukum," ucapnya.
Saksikan juga video 'Visi-Misi Prabowo: Pancasila Harga Mati, Korupsi Harus Dibasmi':
(hri/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini