"Pilpres kok dibilang perang, doa-nya doa peran. Kita jadikan pilpres ini suasana menggembirakan," kata Ma'ruf Amin dalam sambutannya dihadapan kyai dan santri di Ponpes Nurul Ibad, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu (31/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ma'ruf mengatakan Pilpres 2019 ini menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin terbaik. Dia berharap perbedaan dalam pilihan tidak anggap sebagai.
"Kita jadikan nanti Pilpres ini ajang kita cari pemimpin terbaik, jangan dibilang pilpres perang, bukan perang, kita sesama bangsa sesama umat hanya cari terbaik, yang bisa menjaga agama, yang bisa bawa kemakmuran, membangun dunia, kesejahteraan, yang paling visioner, yang punya pengalaman, jangan diartikan oleh karena itu kalau soal berbeda pilihan jangan jadi musuh," ucap Ma'ruf.
Ma'ruf mengibaratkan Pilpres 2019 seperti berbeda agama namun tetap toleran. Hal itu, sebut Ma'ruf sama halnya dengan berbeda partai dan berbeda pilihan capres.
"Kalau beda agama aja supaya toleran. Bagimu agama mu bagiku agamaku, berbeda partai, lakum partaikum walana partaiuna, maka partaimu partaimu, partaiku partaiku. Kalau berbeda capres, lakum capreskum, walana capresuna, capres anda capres anda capres saya capres saya. Kita berbeda nggak apa-apa, kalau nggak mau pilih saya, pilih saja pak Jokowi, kalau nggak mau pilih pak Jokowi ya pilih aja saya, kan gampang itu," tutur Ma'ruf.
Maruf kembali mengingatkan agar masyarakat tidak menyamakan pilpres dengan kondisi perang. Ia juga sempat menyinggung doa perang yang pernah dilontarkan Neno Warisman, menurutnya doa ini tidak tepat digunakan pada kondisi saat ini.
"Kan nggak tepat itu, nggak cocok, malah berdoa, Ya Allah kalau engkau kalahkan kami maka engkau tidak akan disembah di bumi, lah? emang ente siapa kok bisa ngomong gitu? Wong damai kok pake doa nya doa perang, ngga cocok, doa itu ada tempatnya," tuturnya. (dwia/rvk)