"Biasa saja dan jangan kebakaran jenggotlah dengan hasil survei. Aneh kalau ada survei bagus dipuji-puji, tapi kalau tidak seperti harapan malah dipersoalkan," sebut anggota BPN, Habiburokhman, Kamis (14/3/2019).
Habiburokhman meminta TKN mengedepankan keilmiahan dalam menanggapi hasil survei Polmark. Dia menyebut survei merupakan masukan bagi berbagai pihak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Survei itu masukan bagi semua pihak, terkecuali mereka yang memang punya tradisi menjadikan survei sebagai alat mengkondisikan kemenangan," imbuh Habiburokhman.
Survei yang dilakukan Polmark Indonesia bekerja sama dengan DPP Partai Amanat Nasional digelar di 73 dapil dari 80 dapil seluruh Indonesia untuk tingkat pemilihan DPR RI. Survei ini dilakukan dari Oktober 2018 hingga Februari 2019 dengan jumlah responden 440 di masing masing 72 dapil dengan margin of error plus-minus 4,8 persen dan 880 responden di 1 dapil dengan margin of error plus-minus 3,4 persen.
Elektabilitas Jokowi-Amin di 73 dapil sebesar 40,4 persen. Elektabilitas Prabowo-Sandi sebesar 25,8 persen dan undecided voters mencapai 33,8%.
Juru bicara TKN Ace Hasan Syadzily menyoroti angka survei itu. Dia menyebut elektabilitas Prabowo kalah oleh undecided voters. Lalu apa kata Habiburokhman?
"Nggak ada masalah. Bagi kami, apa pun hasil survei akan kami jadikan bahan evaluasi," sebut dia. (gbr/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini