"Debat cawapres baru nanti kelihatan ya keunggulan-keunggulannya Kiai Ma'ruf dengan pengalaman yang panjang, pemimpin organisasi kemasyarakatan, dengan pengalaman yang panjang di parlemen, mengambil bagian di dalam kebijakan publik, dengan pengalaman panjang sebagai pendidik ya yang tahu bagaimana kondisi sosial, psikologi, pasti jauh lebih unggul dengan yang tidak punya pengalaman pengambilan kebijakan publik," kata Wakil Ketua TKN Johnny G Plate di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (11/3/2019).
Johnny menyinggung pengalaman Sandiaga yang belum sampai satu tahun menjadi wakil gubernur. Ia lalu membandingkannya dengan pengalaman kebangsaan Ma'ruf yang, menurutnya, lebih luas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Johnny tak ingin membuka apa saja materi yang dibekalkan kepada Ma'ruf. Namun, menurutnya, debat cawapres harus diisi dengan data, bukan hanya gosip atau hoax.
"Secara spesifik tidak perlu saya jawab sekarang, biar nanti kejutannya saja, tidak perlu saya jawab. Yang pasti, itu sangat dipahami oleh Kiai Ma'ruf Amin. Tapi yang ingin kita katakan ya, debat capres tidak boleh diisi dengan gosip ya, debat cawapres tidak boleh diisi dengan fitnah, hoax, atau tanpa data," ucapnya.
"Jangan sampai nanti ngomong tanpa data lagi. Karena apa? Karena ini terkait dengan perasaan yang mau dieksploitasi perasaan masyarakat. Data yang salah pun diangkat dalam debat. Ini berbahaya sekali," imbuh Johnny.
Johnny juga tak menjelaskan secara gamblang siapa saja pakar yang dimintai masukan untuk Ma'ruf atau apakah nanti Ma'ruf akan memberikan serangan personal kepada Sandi. Namun, menurutnya, Ma'ruf adalah politikus senior yang tahu apa yang akan dilakukannya.
"Dia akan berkembang sesuai dengan dinamisnya debat. Yang pasti, Ma'ruf Amin seorang tokoh senior, yang tahu harus mengatakan apa dan berbuat apa pada saat apa. Ini merupakan tokoh yang sangat senior, yang menguasai teknik debat. Kalau kita bilang Kiai Ma'ruf Amin menang debat sebelum debat itu berlangsung," tegasnya.
Lebih lanjut politikus Partai NasDem ini mengatakan, jika ada gosip atau hoax, akan langsung dibantah dengan counter data. Ia pun meminta agar publik memilih pemimpin yang menggunakan data sebagai acuan pengambilan keputusan.
"Ya pasti gosipnya dibantah. Itu sudah jelas akan membantah dengan counter data, dan akan menyampaikan kepada publik. Pemimpin yang dengan gosip, mau nggak milih? Kalau mau menjadikan Indonesia negara gosip, ya pilihlah pemimpin yang suka bergosip ria. Tapi kalau ingin Indonesia menjadi negara terpandang dalam tingkatan yang sama level dengan bangsa besar di dunia, pilihlah pemimpin yang gunakan data sebagai acuan pengambilan keputusan," ucapnya.
Debat ketiga dengan tema 'pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan kebudayaan' digelar pada 17 Maret 2019. Stasiun televisi yang menyiarkan adalah Trans TV, Trans 7, dan CNN Indonesia TV. (azr/jbr)











































