"Orang-orang ini yang ketika pulang di Indonesia itulah yang berbahaya. Karena mereka membawa sesuatu. Mereka membahwa ideologi, networking, dan berbagai hal baik melalui online maupun offline," ujar Direktur Pencegahan BNPT Brigjend Pol. Ir. Hamli dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/3/2019). Hamli menyampaikan hal tersebut pada Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Forum Silaturrahim Takmir Masjid Kementerian/Lembaga dan BUMN (FSTM).
Untuk itu, Hamli mengajak seluruh pengurus (takmir) masjid di kementerian/lembaga dan BUMN untuk bisa menyatukan takmir masjid pemerintah agar menyebarkan ajaran Islam yang damai, tenang, sejuk, dan memberi rahmat bagi semua (rahmatan lil alamin).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa masjid menjadi sasaran, karena masjid sudah terlalu masuk ke dalam politik, politisasi masjid itulah yang membuat masjid kita menjadi tidak murni lagi. Kita melihat indikasinya sudah sangat matang. Mengkonsolidir 17.000 masjid di Jawa Timur untuk tanggal 17 April 2019 mendatang," kata Najih.
Pemerhati Timur Tengah dan alumni Suriah itu mengungkapkan, terdapat pola yang sama antara gerakan radikalisme di Suriah dan Indonesia.
"Saya menemukan banyak pola yang sama antar radikalisme di indonesia denga Suriah di yaitu, menjadikan masjid sebahai basis gerakan radikalisme dan gerakan politik," ungkap Najih.
Najih pun memberikan alasan sebab konflik di Iraq tak kunjung reda. "Kita lihat di Irak isu yang dibangun adalah isu sunni syiah. Di suriah juga demikian, di suriah itu sudah banyak masjid yang menjadi korban ledakan," ujarnya.
"Qatar juga, kalau kita kenal Jumat dengan Jumat mubarok, tetapi di Qatar menjadikan hari Jumat sebagai Jumatul Ghadab (Revolusi Jumat)," lanjutnya.
Saksikan juga video 'Jurus Sandiaga Bina Penceramah Masjid Berpaham Radikal':
(nvl/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini