BNPT Minta Pengurus Masjid Pemerintah Waspada dari Paham Radikal

BNPT Minta Pengurus Masjid Pemerintah Waspada dari Paham Radikal

Noval Dhwinuari Antony - detikNews
Minggu, 03 Mar 2019 03:32 WIB
Foto: Focus Group Discussion (FGD) Forum Silaturrahim Takmir Masjid Kementerian/Lembaga dan BUMN (FSTM) (dok. Istimewa).
Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta para pengurus masjid di lingkungan kantor pemerintahan untuk selalu waspada terhadap paham radikalisme, khususnya di tahun politik saat ini. BNPT mengungkapkan, banyak pelaku terorisme yang pulang dari negara konflik seperti Afganistan, Filipina, Suriah dan Iraq menyebarkan paham radikalisme melalui masjid.

"Orang-orang ini yang ketika pulang di Indonesia itulah yang berbahaya. Karena mereka membawa sesuatu. Mereka membahwa ideologi, networking, dan berbagai hal baik melalui online maupun offline," ujar Direktur Pencegahan BNPT Brigjend Pol. Ir. Hamli dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/3/2019). Hamli menyampaikan hal tersebut pada Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Forum Silaturrahim Takmir Masjid Kementerian/Lembaga dan BUMN (FSTM).

Untuk itu, Hamli mengajak seluruh pengurus (takmir) masjid di kementerian/lembaga dan BUMN untuk bisa menyatukan takmir masjid pemerintah agar menyebarkan ajaran Islam yang damai, tenang, sejuk, dan memberi rahmat bagi semua (rahmatan lil alamin).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam diskusi yang sama, Akademisi UIN Jakarta, Moh. Najih Arramadlani mengingatkan agar masjid steril dari kepentingan-kepentingan paham radikal dan kampanye atau kegiatan politik.

"Kenapa masjid menjadi sasaran, karena masjid sudah terlalu masuk ke dalam politik, politisasi masjid itulah yang membuat masjid kita menjadi tidak murni lagi. Kita melihat indikasinya sudah sangat matang. Mengkonsolidir 17.000 masjid di Jawa Timur untuk tanggal 17 April 2019 mendatang," kata Najih.

Pemerhati Timur Tengah dan alumni Suriah itu mengungkapkan, terdapat pola yang sama antara gerakan radikalisme di Suriah dan Indonesia.

"Saya menemukan banyak pola yang sama antar radikalisme di indonesia denga Suriah di yaitu, menjadikan masjid sebahai basis gerakan radikalisme dan gerakan politik," ungkap Najih.


Najih pun memberikan alasan sebab konflik di Iraq tak kunjung reda. "Kita lihat di Irak isu yang dibangun adalah isu sunni syiah. Di suriah juga demikian, di suriah itu sudah banyak masjid yang menjadi korban ledakan," ujarnya.

"Qatar juga, kalau kita kenal Jumat dengan Jumat mubarok, tetapi di Qatar menjadikan hari Jumat sebagai Jumatul Ghadab (Revolusi Jumat)," lanjutnya.


Saksikan juga video 'Jurus Sandiaga Bina Penceramah Masjid Berpaham Radikal':

[Gambas:Video 20detik]

(nvl/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads