Pada Rabu (27/2/2019), Bukhari menghadiri wisuda UIN Ar-Raniry usai dihubungi seorang dosen. Saat acara, dia ikut berbaris bersama wisudawan lainnya. Berkemeja lengan panjang dan berpeci, pria berusia 59 tahun itu tetap tegar saat menghadap rektor dan dekan di panggung.
Bukhari menerima ijazah almarhumah putrinya lalu bersalaman dengan rektor dan dekan di atas panggung. Saat dipeluk oleh rektor, dia tak sanggup menahan air mata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rina meninggal di usia 22 tahun karena sakit tifus. Sebelum sidang, mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Tarbiyah itu sebenarnya sudah sakit hingga tiga kali gagal sidang. Hingga akhirnya menyelesaikan sidang skripsi, dia kembali dirawat di Puskesmas dua hari setelahnya.
![]() |
Tiga belas hari usai sidang, Rina mengembuskan napas terakhir. Rina sendiri lulus dengan prestasi IPK 3,51.
Sebelumnya, Ketua Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Muzakir, mengatakan almarhumah Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda sebelum meninggal dunia. Rina dipanggil Tuhan sebelum mengikuti yudisium.
Akhirnya, pihak prodi berinisiatif mengundang ayah kandung Rina, Bukhari, untuk tetap hadir pada saat hari wisuda. Kehadiran ayah Rina adalah bentuk penghargaan dari kampus.
"Kami menyematkan bentuk penghargaan untuk perjuangan ayahnya terhadap Rina, dan juga terhadap perjuangan Rina sendiri, dan tepat hari ini, ayah kandungnya langsung yang hadir untuk mengambil ijazah tersebut," papar Muzakir seperti dikutip dari situs UIN Ar-Raniry. (agse/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini