"Tamu domestik kuantitas terbesar yang datang ke Bali. Domestik rata-rata 75-80 persen lebih muslim. Termasuk mancanegara yang dari Uzbekistan. Kalau masuk restoran, dia pasti tanya halal apa nggak, dia juga tahu, diajak ke restoran yang dianggap halal," kata Suwandi via telepon, Selasa (26/2/2019).
Suwandi menuturkan selama ini para turis yang datang ke Bali sudah paham dalam mencari restoran ataupun lokasi musala untuk menunaikan salat. Hingga saat ini, tanpa embel-embel branding 'wisata halal', angka kunjungan wisatawan domestik tetap tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suwandi mengaku tak setuju mengubah branding Bali dari wisata budaya menjadi wisata halal. Meski begitu, dia tak mempermasalahkan soal usulan membuat buku pedoman atau petunjuk restoran halal hingga lokasi ibadah.
"Iya, nggak usah branding-branding wisata itu, tapi harus mempersiapkan (pedoman)," cetusnya.
Usul mengembangkan wisata halal itu disampaikan Sandiaga saat kampanye di Bali. Cawapres nomor urut 02 tersebut menuturkan ceruk pasar wisata halal sangat menggiurkan.
"Prabowo-Sandi fokus untuk memberdayakan UMKM, meningkatkan kewirausahaan dan, di Bali sendiri, pariwisata kita harapkan pariwisata akan lebih baik dan multiplayer-nya banyak sekali kepada UMKM. Salah satunya juga pariwisata halal, banyak potensinya, dan sekarang banyak diambil oleh Bangkok, Thailand," kata Sandiaga di Hotel Alkyfa, Jl Pura Demak, Pemecutan Klod, Denpasar, Bali, Minggu (24/2).
"Kita ingin Bali, Indonesia secara umum, juga ngambil potensi pariwisata halal yang konon kabarnya di atas Rp 3.000 triliun potensinya. Ini sangat luar biasa potensinya kalau bisa kita ambil untuk gerakan ekonomi di Bali," sambung pasangan Prabowo Subianto itu.
Saksikan juga video 'Restoran Nonhalal Boleh Eksis di Wisata Halal Pemprov DKI':
(ams/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini