JK: Pilih Pemimpin yang Tidak Otoriter dan Nepotisme

JK: Pilih Pemimpin yang Tidak Otoriter dan Nepotisme

Nur Azizah Rizki Astuti - detikNews
Sabtu, 23 Feb 2019 21:42 WIB
Foto: Wapres JK di Silatnas Institut Lembang Sembilan (Azizah-detikcom)
Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berbicara mengenai pemimpin yang disukai rakyat dan akan dipilih. JK meminta untuk memilih pemimpin yang tidak otoriter serta tidak melakukan nepotisme.

Hal tersebut disampaikan JK saat memberikan sambutan dalam pembukaan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Institut Lembang Sembilan di Hotel Arya Duta, Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2/2019). JK awalnya menjelaskan tahapan-tahapan sehingga seseorang dapat dipilih dalam pemilu.

"Pada dasarnya pemilu itu ada 3 tahapnya, dikenal, disukai, dan dipilih. Kalau kita tidak kenal, kita tidak mungkin disukai. Kalau tidak disukai, tidak mungkin dipilih. Karena itu kita harus menjelaskan sehingga orang mengetahui, dan orang juga menyukai dan kemudian memilih. Itu langkah-langkah daripada cara kita menjelaskan pada masyarakat apa yang kita harus arahkan," ujar JK.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Pada kesempatan tersebut, JK juga menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah mengusulkan diri untuk menjadi wakil presiden. Ia selalu diminta baik pada waktu mendampingi mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maupun Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya dalam proses pemilu, itu tidak pernah mengusulkan. Selalu saya diminta. Saya tidak pernah meminta untuk jadi wapres. Saya selalu diminta untuk jadi wapres sejak zaman Pak SBY, Pak Jokowi. Waktu mau jadi presiden itu terpaksa. Kenapa terpaksa? Karena Golkar partai paling besar. Masa partai paling besar nggak punya calon. Maka tidak bergabung lagi dengan Pak SBY. Maka dibutuhkan harkat partai, karena saya bilang harkat partai perlu dijaga, partai besar harus juga mempunyai calon yang baik. Otomatis ketua umum menjadi calon yang baik. Semua orang mengusulkan ketua umum. Tapi seperti kita ketahui, tidak mudah melakukan itu," jelasnya.

Terkait Pemilu 2019 ini, JK mengimbau untuk memilih pemimpin terbaik yang paling disukai. Namun, menurutnya, penting juga untuk belajar dari sejarah negara lain seperti Venezuela yang tengah bangkrut karena pemimpin yang otoriter.

"Hari ini kalau lihat di TV bagaimana Venezuela, negara yang paling tinggi cadangan minyak di dunia tapi dia jatuh termasuk negara termiskin di dunia. Artinya lebih banyak utang daripada harta, padahal negara kaya pada dasarnya. Ya karena otoriter dan nepotisme," ucap JK.

"Maka semua negara-negara yang otoriter, kita lihat semua negara Timur Tengah otoriter dan selalu bergabung dengan nepotisme. Suriah otoriter, Irak otoriter, Libia otoriter, kemudian banyak negara lain seperti itu, semuanya rusak," imbuhnya.



Oleh karena itulah JK meminta Indonesia dijaga agar jangan sampai mengalami hal seperti Venezuela. JK meminta untuk memilih pemimpin yang tidak otoriter dan melalukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

"Maka itu lah kita harus menjaga bangsa ini untuk tidak mengalami seperti itu. Lepas daripada saya ada di situ dan tidak ada di situ, bukan persoalan. Karena itu saya harapkan kita menjaga kepentingan bangsa kita. Sehingga pemimpin yang kita pilih itu kemudian tidak menjadi otoriter dan KKN," tutur JK. (azr/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads