Pakar ekspresi dan gestur Handoko Gani menilai Jokowi ingin menghilangkan citra negatif disetir dan cengengesan. Pilihan kata yang disampaikan oleh cawapres nomor urut 01 itu pun lebih banyak yang mengarah ke penghapusan citra tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sini image yang ingin dihapus adalah takut, disetir, cengengesan, plinplan," nilainya.
Dalam debat kedua ini, Jokowi juga dinilai lebih banyak memancing Prabowo. Salah satunya ketika Jokowi menyinggung ratusan ribu hektare lahan milik Prabowo.
"Jokowi sebetulnya banyak mancing. Sebaliknya, Prabowo bukan orang yang bisa mancing. Prabowo tidak ada pernyataan atau pertanyaan yang memancing. Kok bisa? Karena untuk bisa memancing, umpannya harus jelas, ada kail yang kuat, tapi ini waktunya pendek, jadi tidak bisa mancing," ujar Handoko.
Handoko juga menganalisis soal Jokowi lebih banyak melihat ke arah kanan atau kiri-kanan. Hal tersebut menandakan Jokowi tidak nyaman hingga tidak setuju dengan pernyataan Prabowo.
"Jokowi lebih banyak melihat ke arah kanan atau kiri-kanan, seperti nggak dengarkan. Arah lihat ke kiri-kanan kalau nggak setuju dan nggak nyaman dengan pernyataan Prabowo. Tapi ada yang lihat langsung ke kiri saat benar-benar nggak setuju dengan pernyataan Prabowo," ujar Handoko.
Ekspresi Jokowi sempat melunak saat dipuji soal prestasi pemerintah. Namun kembali merasa tidak nyaman ketika disinggung soal kehidupan nelayan.
"Ekspresi sangat bold ketika pembicaraan tentang pesisir dan nelayan hidup susah. Ekspresinya mata ke kiri dan kanan, dan terbuka lebar saat benar-benar tidak setuju. Saat debat itu juga tidak punya kesempatan balas," kata Handoko.
Sementara itu, Handoko menilai Prabowo ingin menghapus citra otoriter hingga warisan Orde Baru (Orba). Prabowo ingin tampil sebagai pribadi yang tidak ditakuti.
"Prabowo lebih banyak menyebut sahabatku untuk menunjukkan kedekatan. 'Kalian tidak perlu takut sama saya'," kata Handoko.
Handoko melihat Prabowo lebih 'lunak dibanding dengan debat capres perdana pada Januari 2019. Mantan Danjen Kopassus itu lebih banyak menunjukkan sikap setuju dalam debat capres kedua.
"Prabowo lihatnya lebih banyak lurus atau ke kanan. Beliau juga lebih banyak manggut-manggut yang nggak kelihatan di debat pertama. Di debat kedua, kita bisa liat dia setuju atau senang atau berekspresi sebaliknya terhadap pernyataan lain. Salah satu pernyataan yang diiringi ekspresi manggut-manggut adalah soal tambang di Kaltim," papar Handoko.
Handoko juga menyoroti momen saat Jokowi menyinggung soal lahan yang ada di Aceh dan Kalimantan. Menurut dia, Prabowo tak terlalu terpancing oleh pernyataan Jokowi itu.
Menurut Handoko, momen Prabowo dianggap bisa menahan diri dan tak terpancing pernyataan Jokowi adalah terkait luasan tanah di Aceh dan Kalimantan.
"Saat keluar pernyataan luasan tanah di Aceh dan Kalimantan ternyata tidak terlalu terpancing atau ekspresif. Dibandingkan dengan debat pertama yang sampai keluar ekspresi joget-joget, pijat-pijat," ujar Handoko. (knv/nvl)











































