Dirangkum detikcom, Kamis (14/2/2019), respons Jansen ditanggapi sinis PSI. Politikus PSI Guntur Romli menyebut Jansen tersindir oleh pidato sang ketum. Kendati demikian, Guntur tetap tak menjelaskan soal siapa kaum 'nasionalis gadungan' yang disebut-sebut Grace.
"Nasionalis gadungan itu kriteria, bukan apa parpol dan siapa politisinya. Para politisi yang diam, bahkan bermain isu intoleransi dan radikalisme serta mencuri duit rakyat alias korupsi layak disebut nasionalis gadungan," kata Guntur, Rabu (13/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak partai atau politisi yang mengaku sebagai nasionalis, artinya cinta Indonesia, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, tapi dalam praktiknya tidak menggambarkan hal itu. Hanya retorika saja," jelas Guntur.
Namun ia mengatakan kaum nasionalis gadungan itu 'bersarang' di gedung DPR. Menurut Guntur, banyak politikus atau partai yang cocok dengan kriteria tersebut.
"Itu kriteria saja, siapa pun partainya atau politisinya ya, silakan yang merasa seperti itu. Karena memang itu yang terjadi. Intoleransi meningkat, korupsi meningkat, karena politisi-politisi kita yang ada di DPR maupun yang di parpol itu kan mayoritas masih nasionalis gadungan," tuturnya.
Pernyataan itu ditanggapi Fraksi Gerindra. Menurut Gerindra, pernyataan PSI lebih cocok dialamatkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Dia (Guntur) dengan tegas menyindir Jokowi yang pernah mengatakan 'Aku NKRI, Aku Pancasila', tapi aset negara dijual," kata anggota Fraksi Gerindra yang duduk di Komisi VIII DPR, Sodik Mujahid.
Sodik menyebut pemerintahan Jokowi telah mengambil langkah yang merugikan perusahaan nasional. Terutama berkaitan dengan misi pembangunan infrastruktur.
"Kebijakan penanganan proyek infrastruktur yang menyebabkan banyak bangkrutnya perusahaan konstruksi swasta nasional," ujar Sodik.
Jadi, siapakah kaum 'nasionalis gadungan' sesungguhnya? (tsa/fjp)