Adalah Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera yang pertama kali membicarakan soal skripsi mahasiswi bernama Regita Anggia itu. Mardani memuji Regita yang merupakan lulusan terbaik dengan skripsi soal gerakan #2019GantiPresiden.
"Wisudawan terbaik UNPAD, judul skripsinya: 'Pengaruh Sikap pada #2019GantiPresiden sebagai Gerakan Populis terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula Universitas Padjadjaran Melalui Penggunaan #2019GantiPresiden di Media Sosial'," cuit Mardan, seperti dilihat detikcom di akun Twitter Mardani, @MardaniAliSera, pada Minggu (10/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wisudawan terbaik UNPAD, judul skripsinya:
β Mardani Ali Sera (@MardaniAliSera) February 8, 2019
"Pengaruh Sikap pada #2019GantiPresiden sebagai Gerakan Populis Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula Universitas Padjadjaran Melalui Penggunaan #2019GantiPresiden di Media Sosial".ππππππ
======https://t.co/FV3aRqRYGr
Dalam situs itu, Regita disebut berasal dari Fakultas Ilmu Komunikasi terpilih dan mendapat predikat sebagai wisudawan terbaik Program Sarjana pada Wisuda Gelombang II Tahun Akademik 2018/2019. Regita juga dinyatakan lulus Program Studi Ilmu Komunikasi dengan IPK 4,00.
Regita mengungkapkan bahwa sejak awal masuk kuliah, ia memang sudah termotivasi untuk meraih IPK 4,00 karena mendengar kisah seniornya yang berhasil lulus dengan IPK tersebut. Dalam situs Unpad, tak ada keterangan judul skripsi Regita.
Pujian dari Mardani itu pun mendapat komentar dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin. TKN menilai Mardani terlalu cepat mengambil kesimpulan.
![]() |
Padahal, menurut TKN, skripsi Regita bukan upaya untuk mendukung jargon tersebut. Melainkan menganalisis jargon 2019 ganti presiden sebagai gerakan populis.
"Mardani Ali Sera terlalu cepat 'berejakulasi' ketika jargon tagar 2019 ganti presiden dijadikan tema skripsi salah seorang wisudawan Unpad yakni, Regita Anggia," ujar anggota Tim Penugasan Khusus TKN Jokowi-Ma'ruf, Inas Nasrullah Zubir kepada wartawan, Minggu (10/2/2019).
"Padahal yang menjadi fokus skripsi itu melulu tentang gerakan populis dari jargon tersebut, padahal Regita Anggia hanya mengidentifikasi bahwa gerakan yang dimulai dengan tagar 2019 ganti presiden tersebut merupakan bentuk gerakan populis," imbuhnya.