"Kan di media sudah banyak diduga pelaku adalah WNI. Sampai detik (ini) belum ada konfirmasi secara ilmiah baik dari DNA dan lain-lain yang mengonfirmasi kalau itu benar WNI," kata Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019).
Iqbal mengatakan perwakilan dari Indonesia untuk membantu mengungkap kasus insiden tersebut juga sudah tiba di Filipina. Polri berharap sikap responsif dari Indonesia ini menambah sinergitas antar kedua negara dalam mengungkap kasus bom bunuh diri tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano menyebut bahwa yang menjadi pelaku bom di gereja Katolik Pulau Jolo adalah WNI. Eduardo Ano menyebut pasutri tersebut dibimbing kelompok Abu Sayyaf. Dia menyebutkan pasangan itu ingin memberi contoh dan mempengaruhi teroris Filipina untuk melakukan bom bunuh diri.
Penyelidikan tragedi bom kembar di katedral Jolo ini memang diwarnai kesimpangsiuran dan informasi tidak konsisten dari otoritas setempat. Awalnya dinyatakan bahwa bom diledakkan dari jarak jauh, sebelum akhirnya Presiden Rodrigo Duterte mengungkapkan ada pengebom bunuh diri di balik ledakan yang menewaskan sedikitnya 22 orang tewas dan lebih dari 100 orang lainnya luka-luka.
Pemerintah Indonesia pun lantas menyayangkan pernyataan itu. Menko Polhukam Wiranto dan Menlu Retno Marsudi meminta pemerintah Filipina untuk menunggu hasil identifikasi untuk membuktikan ada atau tidaknya keterlibatan WNI dalam insiden tersebut.
"Paling tidak sampai kemarin proses identifikasi belum selesai," ujar Retno Marsudi, saat ditemui wartawan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (6/2/2019).
"Sehingga kalau proses identifikasi belum selesai, maka mereka (Pemerintah Filipina) belum dapat mengkonfirmasikan bahwa yang terlibat itu (pelakunya) adalah warga negara tertentu," lanjutnya. (aud/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini