"Dengan adanya itu, maka manuver-manuver sudah dilakukan oleh masing-masing capres. Tentunya ini wajar, jika dulu masih saling menjaga etika berpolitik," ungkap pengamat politik Universitas Brawijaya, Bambang D Prasetyo saat dihubungi, Minggu (3/1/2019).
Bambang melihat pertarungan antar kandidat sudah semakin 'nyata' di awal 2019 ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh tenggat waktu pencoblosan yang kurang dari tiga bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bambang, pernyataan Capres 01 tentang adanya penyiapan propaganda ala Rusia, bukan tak berdasar. Apalagi disampaikan langsung kepada publik.
"Tentunya Pak Jokowi memiliki dukungan data yang kuat, apakah itu dari tim suksesnya, tentang rencana atau adanya proganda seperti itu. Hingga kemudian disampaikan," tutur Bambang.
Bambang juga menyebut, itu adalah sinyal yang disampaikan oleh capres kepada rival politiknya. Karena isu-isu seperti itu, sudah pernah mengemuka dan menjadi pembahasan tim sukses.
"Ya, itu signal. Ya itulah politik kadang bicara soal message atau pesan. Selama ini, isu kan sudah lama. Bahkan pernah disampaikan oleh Ketua PPP saat itu, ketika wawancara dengan media. Itu yang mengawali dengan maksud menanggapi isu oleh tim satunya. Ya, mungkin sekarang memantapkan lagi," papar Bambang.
"Tapi memang hal-hal terkait isu tadi, memang perlu disampaikan. Negara sekelas Amerika saja, bisa diterobos. Kemungkinan ada, tapi faktanya belum ketemu kan dan belum ada. Saya bahasa ini seperti perang urat saraf," sambung Bambang.
Jokowi sebelumnya melempar bola panas melalui pernyataannya terkait ada tim sukses yang menyiapkan propaganda ala Rusia. Kubu paslon 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pun merespons ucapan Jokowi itu dan memastikan pihaknya tak akan menggunakan cara-cara yang negatif.
Simak Juga 'Serangan Balik Jokowi dan Propaganda Ala Rusia':
(rvk/imk)