Dahnil Anzar Cerita soal Politisi Alay: Semuanya Bawa ke Hati

Dahnil Anzar Cerita soal Politisi Alay: Semuanya Bawa ke Hati

Zunita Putri - detikNews
Jumat, 01 Feb 2019 17:07 WIB
Foto: Dahnil Anzar Simanjuntak. (Ari Saputra)
Jakarta - Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak berbagi keluh kesahnya di dunia politik. Dahnil mengaku sering terganggu dengan kehadiran politisi alay yang kerap muncul.

Awalnya Dahnil bercerita mengenai dirinya yang kerap menjadi golongan putih (golput) saat pemilu. Lalu dia mengatakan tahun ini dia mencoba untuk ikut berkecimpung dalam pesta demokrasi dengan menjadi jubir dari Prabowo-Sandi.

"Terus terang Prof Mahfud, Prof Anwar, Mbak Rosi, mengganggu sekali politik kita belakangan ini, terutama ada kelompok-kelompok besar, politisi-politisi alay itu loh. Ini politisi alay yang menurut saya mengganggu," ujar Dahnil saat diskusi di peluncuran buku Denny Indrawan di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Menurutnya, politisi alay kerap mengganggu dinamika politik di Indonesia. Namun, Dahnil tak menyebutkan sosok politisi alay yang ia maksud. Dahnil hanya menjelaskan politisi alay itu yang selalu membawa permainan politik itu sampai ke hati.

"Mengganggu kenapa? Politik bukan lagi permainan seni argumentasi. Seni argumentasi itu nggak bawa ke hati, biasanya. Tapi ada politisi alay semuanya bawa ke hati, berantem dalam politik itu seperti berantem barata yudha, seperti apa gitu loh. Padahal bagi kami, yang berangkat dari, sebutlah kampus, punya aktivisme panjang," paparnya.

"Prof Mahfud dari NU walaupun nggak pakai peci. Saya dari Muhammadiyah tapi pakai peci. Sudah kebalik-kebalik. Sekarang sudah nggak jelas NU mana, Muhammadiyah mana, Kristen mana, Islam mana. Yang ke masjid siapa, sekarang memang simulacra. Saya mau katakan apa? Ini politisi alay yang sebenarnya merusak tatanan politik kita," sesal Dahnil menambahkan.



Dahnil mengatakan politisi yang sudah lama dan mempunyai rekam jejak biasanya tidak akan membawa perdebatan politik ke ranah pribadi. Dia menyebut perdebatan itu akan berakhir jika sudah berada di arena luar politik.

"Anak muda yang masuk politik, saya sering ngeledek politik yang bermodal HP (handphone) dan ngafe, berhenti di situ saja. Milenial pun diterjemahkan berhenti HP dan ngafe, ini masalah. Sedangkan kami yang punya tradisi aktivisme panjang, biasa saja, misalnya di banyak pilihan politik kita berbeda kemudian kita bisa berdiskusi biasa saja. Nah ini sekarang kok semua jadi polarisasi luar biasa," ucapnya.

"Kebencian terbawa habis pemilu juga. Ini saya pikir PR (pekerjaan rumah) besar buat kita semua. Terutama mereka-mereka yang mengaku kelompok intelektual. Oleh sebab itu saya pribadi berkepentingan masuk dalam kontestasi ini," sambung Dahnil.


Simak Juga 'Dahnil Anzar Dihadang Paspampres? Begini Faktanya':

[Gambas:Video 20detik]


(zap/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads