"Selama saya menjabat sejak enam tahun lalu, ini adalah bencana terparah yang pernah terjadi di Sulsel," kata Kepala BPBD Sulsel Syamsibar saat berbincang dengan detikcom, Rabu (30/1/2019).
Dia mengatakan ini adalah kali pertama bendungan Bili-bili sejak dibangun puluhan tahun lalu masuk status Siaga karena luapan air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, banjir yang terjadi di Sulsel masih terjadi pada skala kabupaten. Dari data detikcom pada bulan lalu misalnya, banjir besar di Kabupaten Barru menelan dua korban jiwa.
"Untuk skala paling parah di tahun sebelumnya kita tidak tahu. Tapi ini paling parah semenjak saya menjabat," kata dia.
Berdasarkan data BNPB, bencana banjir, tanah longsor, dan puting beliung terjadi di 201 desa di 78 kecamatan tersebar di 13 kabupaten/kota, yaitu di Kabupaten Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap , Bantaeng, Takalar, Selayar, dan Sinjai.
Dari perhitungan BNPB, kerusakan fisik akibat banjir di Sulsel meliputi 559 unit rumah rusak, 22.156 unit rumah terendam, 15,8 km jalan terdampak, 13.808 hektare sawah terdampak, 34 jembatan, 2 pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, 8 fasilitas pemerintah, dan 65 unit sekolah.
Hingga hari ini, 3 orang masih dinyatakan hilang dan 46 orang menjalani perawatan medis akibat banjir dan tanah longsor.
Saksikan juga video 'Melihat Sulsel dari Udara Usai Dilanda Banjir Besar':
(rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini