Usai banjir besar melanda, bayi usia 8 bulan, bahkan dinyatakan meninggal dunia usai menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salewangang Maros akibat DBD.
Hingga kini, pihak RSUD masih menangani puluhan pasien, baik yang telah positif maupun yang masih dicurigai atau suspek DBD. Semua pasien, didominasi oleh usia anak, mulai dari usia 5 bulan hingga 12 tahun.
"Desember 20 kasus. Nah di januari ini sudah ada 61 orang. Penyebabnya jelas karena cuaca, apalagi pasca banjir besar lalu. Sebagian besar pasien sudah kita pulangkan tapi masih ada yang kita rawat. Baru-baru ini ada bayi 8 bulan yang meninggal karena DBD," katanya, Selasa (29/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita pusatkan di ruang inap Seruni. Mereka memang pasien rujukan dari Puskesmas yang telah mendapatkan penanganan di sana. Kalau yang positif DBD, masih ada sekitar 7 orang yang kita rawat inap saat ini," paparnya.
Selain pengasapan atu fogging, Dinas Kesehatan Maros telah jauh hari melaksanakan program satu rumah satu juru pemantau jentik yang diharapkan bisa meminimalisir kembang biak jentik. Pasalnya, fogging dinilai tidak efektif karena hanya mematikan nyamuk saja.
"Kalau hanya fogging itu tidak terlalu efektif karena hanya membunuh nyamuknya, jentiknya tidak. Nah makanya kita telah adakan program antisipasi jauh-jauh hari. Kita harap warga bisa menjaga lingkungan dan melapor kalau ada warga yang dicurigai DBD," pungkasnya. (asp/asp)











































