Masalah Pendidikan Dianggap Belum Jadi Perhatian Politikus

Masalah Pendidikan Dianggap Belum Jadi Perhatian Politikus

Dwi Andayani - detikNews
Sabtu, 26 Jan 2019 20:56 WIB
Foto: Inisiator Semua Murid Semua Guru, Najelaa Shihab. (Dwi Andayani/detikcom)
Jakarta - Masalah pendidikan dianggap belum menjadi perhatian di kalangan politikus. Padahal pendidikan merupakan sebuah kepentingan yang dibutuhkan anak-anak.

"Pendidikan memang selalu jadi isu yang terpinggirkan pada saat kita bicara politik. Kenapa? Karena anak-anak itu bukan pemilih. Padahal kalau kita bicara pendidikan adalah kepentingan anak-anak," ujar Inisiator Semua Murid Semua Guru Najelaa Shihab di Kolega Coworking Space Tebet, Jalan Tebet Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (26/1/2019).

Najelaa mengatakan isu pendidikan menjadi tidak diperhatikan karena memiliki hasil jangka panjang. Sedangkan menurutnya, banyak politikus yang hanya ingin mencari hasil untuk kepentingan pribadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Padahal kalau kita bicara perubahan pendidikan butuh 30 tahun, 50 tahun. Jadi betul-betul ini investasi jangka panjang yang kalau buat politisi yang memikirkan untuk jangka pendek atau diri sendiri ngapain kita investasi disini," ujar Najelaa.

Menurut Najelaa, perbaikan pendidikan saat ini berjalan lambat. Padahal yang membutuhkan pendidikan puluhan juta anak.

"Mungkin ada perbaikan tapi perbaikannya pelan sekali. Sementara yang membutuhkan ada puluhan juta anak yang harus memenuhi keterbutuhan sesegera mungkin," jelasnya.

Najelaa menjelaskan berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) 2017/2018 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) angka putus sekolah pada jenjang SMK terhitung besar yaitu sejumlah 73.000 siswa. Pada tahun ajaran yang sama sebanyak 187.828 orang di Indonesia putus sekolah.

"Angka putus sekolah di jenjang SMK terhitung masih terbesar dengan penurunan yang tidak berarti. Hingga tahun ajaran 2017/2018 total siswa putus sekolah di Indonesia adalah 187,828 orang. Faktor Ekonomi adalah alasan utama siswa putus atau tidak bersekolah" tuturnya.



Namun, Najelaa mengatakan salah satu alasan putus sekolah ini tidak hanya faktor ekonomi. Ada juga faktor kondisi anak yang disabilitas.

"Kenyataannya, ekonomi bukan satu-satunya alasan anak tidak bersekolah. Salah satu alasan terbesar anak Indonesia tidak bersekolah adalah kondisi anak disabilitas. 2,45% dari penduduk Indonesia, yaitu sebanyak 6.008.661 orang adalah penyandang disabilitas. Angka ini adalah jumlah seluruh penyandang disabilitas (anak-anak dan dewasa)," pungkasnya. (dwia/zak)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads