"Orang kayak begini, gejala mentalitas miskin, bukan miskin sebenarnya, harus dibongkar, revolusi mental harus mengatasi seperti ini," ucap sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito, kepada detikcom, Selasa (15/1/2019).
Legiman, kakek yang mengemis di Pati, memanfaatkan simbol kemiskinan untuk meraup untung. Dia tidak perlu bekerja keras untuk mendapat banyak uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arie menyebut gejala seperti ini adalah miskin dalam mentalitas, bukan struktural. Arie menyebut kasus ini adalah bagian dari anomali masyarakat.
"Kan ada orang miskin struktural, nggak punya akses, sumber daya. Tapi dia mentalitas, eksploitasi kemiskinan untuk mendapat bantuan. Problem kayak ini saya sebut anomali, orang bermental miskin eksploitasi simbol kemiskinan," ucap Arie.
Sebelumnya, Legiman, pengemis kaya raya di Pati, diketahui memiliki aset lebih dari Rp 1 miliar. Legiman biasa beroperasi di kawasan pasar Kecamatan Juwana, Pati, dari pagi hingga siang hari. Sedangkan pada malam hari dia beroperasi di kawasan Alun-alun Pati. Hingga kini, petugas Satpol PP Pati masih menelusuri alamat tinggal Legiman. (aik/rvk)











































