Kecewa Pilpres 2019, Sekelompok Mahasiswa Deklarasi 'Milenial Golput'

Kecewa Pilpres 2019, Sekelompok Mahasiswa Deklarasi 'Milenial Golput'

Roland - detikNews
Selasa, 15 Jan 2019 16:30 WIB
Milenial Golput. Foto: Roland/detikcom
Jakarta - Sekelompok mahasiswa mendeklarasikan 'Milenial Golput'. Mereka mengaku kecewa dengan dua kubu di Pilpres 2019.

"Saya Bagas Deny Saputra, saya seorang mahasiswa. Saya di sini dan teman-teman saya ini membuat acara ini bukan seperti gerakan, bukan seperti mengajak masyarakat atau kaum milenial ini untuk golput atau 'Sudahlah jangan milih pilih presiden, ngapain?' Enggak. Sebenernya kami di sini membuat acara ini adalah sekumpulan anak muda yang masih bingung yang masih keluh kesah nih, yang resah, kayak 'Nanti gua pilpres pilih siapa ya? Tapi kok kampanyenya kayak gini semua ya?' Gak ada tuh yang nonjolin dia bakal ngapain, dia bakal ngapain," kata Koordinator Milenial Golput, Bagas Deny Saputra, di Kopi Politik, Jl Pakubuwono VI, Kebayoran Baru, Jaksel, Selasa (15/1/2019). Kelompok ini mengaku berisi mahasiswa-mahasiswa dari perguruan tinggi di Jakarta.


Bagas mengaku mengalami situasi tak nyaman selama Pilpres 2019. Di media sosial dia melihat banyak posting bermuatan kebencian. Di dunia nyata, dia menyaksikan keluarganya sering berdebat politis karena menyaksikan pemberitaan di media soal panasnya persaingan politik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rekan Bagas, Saifa El Saruqi, yang menjadi juru bicara 'Milenial Golput', juga mengaku resah melihat media sosial dipenuhi unggahan politis tak sehat. Dia menyebut buzzer membuat ruang publik di media sosial jadi sesak dengan hoax dan ujaran kebencian.

"Buzzer atau mungkin timses capres cawapres ini menggiring opini masyarakat itu sendiri. Sehingga konten-konten yang ada di medsos itu berisi hatespeech, cyber bullying, yang mana itu tidak bagus untuk iklim politik Indoensia saat ini," ujarnya.

"Di mana sangat mudah berbeda sedikit berantem terus ngata-ngatain satu sama lain karena pilihan berbeda. Itu bukan sesuatu yang langka yang kita temukan di tongkrongan kita sehari-hari, dalam keluarga kita sehari-hari," imbuhnya.

Acara Milenial Golput.Acara Milenial Golput. Foto: Roland/detikcom


Fariz, anggota 'Milenial Golput', mengaku tak nyaman lagi membuka media sosial dan situs berbagi video. Begitu juga dengan grup-grup aplikasi obrolan singkat yang kerap diisi debat-debat politis hingga ada anggota grup yang keluar.

"Kalau yang saya alami sih pertama ketika saya mencari hiburan sih, buka Youtube liat trending, akunnya nggak jelas. Buka Instagram kolom komentarnya tahu sendiri kan, resah, geram. Buka twitter apalagi, trendingnya nggak jelas. Di group WhatsApp atau Line, beda pendapat sedikit, ricuh, saling serang, salah satu ada yang keluar," tutur Fariz.

Kembali ke Bagas, dia berharap ada perubahan pola kampanye dari dua kubu capres. Dia berharap kedua kubu mengedepankan promosi program kerja, bukan saling serang.

"Kami akan menyimpulkan sedikit, jadi sebenarnya kami di sini golput, itu bukan pilihan kami, golput bukan pilihan milenial, golput bukan pilihan kaum anak muda. Tapi kita akan cenderung golput ketika kampanye ini tidak berubah dengan baik. Ketika kita anak muda tidak diberikan kampanye yang sehat, ketika kita anak milenial tidak diberikan kampanye yang jelas. Harapan kita sebelum mendekati pemilihan presiden, kami ingin kampanye dari timses a dan b ini sudah mulai berubah, kampanye kita nanti ke visi misi aja deh, program apa. Jangan mendekati pilpres semakin terpecah belah," ujar Bagas. (tor/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads