Warga Kota Gunungsitoli, Juli, mengaku sudah mendengar isu air laut surut dan sepanjang pengetahuannya, hal tersebut merupakan pertanda akan terjadi tsunami di Kota Gunungsitoli.
"Kami sudah dengar isunya, dan hari ini kami tidak izinkan anak-anak sekolah karena takut jika benar akan terjadi tsunami," ucapnya sebagaimana dilansir Antara, Kamis (10/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama dikatakan Kris warga Desa Lasara, Kota Gunungsitoli, yang mengaku telah mendengar isu tersebut tetapi tetap beraktivitas seperti biasa.
"Pagi ini banyak saya melihat warga yang mengungsi ke desa kami, mereka takut terjadi tsunami dan untuk menyelamatkan diri mereka mengungsi ke daerah yang lebih tinggi," ujarnya.
Dari keterangan resmi yang dikeluarkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Gunungsitoli, Djati Cipto Kuncoro, membantah berita bahwa surut air laut di perairan Sibolga, Sumatera Utara, mengakibatkan tsunami di Kepulauan Nias dan sekitarnya.
BMKG Sibolga, Sumatera Utara, juga tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut, sehingga BMKG Stasiun Geofisika Gunungsitoli menyatakan berita tersebut tidak benar, dan BMKG tidak pernah membuat berita tersebut.
Berita tersebut, menurut dia, hanya isu dan membohongi masyarakat, karena isu tersebut tidak mempunyai dasar ilmiah yang jelas.
Dia menerangkan bahwa fenomena pasang-surut yang terjadi disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Di mana saat ini jarak bulan akan mendekati titik terdekatnya dengan bumi pada 20 Januari 2019.
Sedangkan jarak matahari ke bumi saat ini pada titik terdekatnya pada 3 Januari 2019.
"Sampai saat ini gempa bumi tektonik belum dapat diprediksi secara ilmiah dengan baik dan BMKG Stasiun Geofisika Gunungsitoli akan terus berkoordinasi dengan BPBD dan pemerintah setempat untuk menenangkan warga," katanya.
Saksikan juga video 'Peranti Minimalis BMKG Hadapi Ancaman Tsunami':
(asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini