Dilansir dari Antara, Rabu (9/1/2018), Min, salah satu pengungsi mengaku lebih memilih membangun rumahnya kembali. Dia pun membangun rumahnya denga kerangka kayu, atap seng dan dinding tripleks seperti rumah darurat.
Menurut Min, kebanyakan warga desanya memilih membangun rumah darurat di pekarangan bekas rumah mereka yang rusak akibat gempa ketimbang tinggal di huntara. Pemerintah sudah membangun huntara di Desa Jono Oge, namun menurut Min hanya sedikit warga yang menghuninya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan Min, pengungsi gempa lainnya, Bertus juga tidak mau tinggal di huntara. Ayah satu anak itu merasa lebih nyaman tinggal di rumah daruratnya ketimbang di area huntara yang serba terbatas sarana pendukungnya.
Bertus mengatakan, selain hunian warga juga butuh pemerintah membangun jaringan irigasi. Menurutnya, tanpa ada aliran, warga yang rata-rata berkebun di sini tak bisa mendapatkan materi untuk kebutuhan sehari-harinya.
"Kami tidak tahu kapan pemerintah memperbaiki kembali jaringan irigasi. Tapi kalau irigasi sudah bagus, otomatis petani akan kembali mengolah lahan," kata Bertus. (rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini