Dengan bobot ratusan kilogram, wanita yang akrab disapa Titin ini beberapa kali mengalami kesulitan saat melakukan aktivitas keseharian. Bahkan, untuk tidur pun, Titin mengalami kesulitan.
"Ya untuk sekarang saya hanya bisa pasrah. Biaya juga tidak ada untuk pengobatan. Cuma tadi ada orang dari Pemda katanya datang mau bantu, tapi saya juga belum tahu bantuannya. Mereka bilang mau dioperasi juga," ucap Titin saat diwawancara detikcom, Senin (7/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Titin menjelaskan, untuk operasi, dirinya harus menunggu persetujuan sang suami. Kemungkinan besok suaminya sudah bisa pulang ke rumah. Suami Titin bekerja di kawasan hutan di Kalteng.
"Seandainya suami setuju saya dioperasi, ya sudah saya siap dioperasi, meski dengarnya juga tadi ngeri, takut," ungkapnya.
Menurutnya, saat disambangi pihak Pemprov Kalteng, dia ditawari operasi potong usus. Mendengar itu, Titin mengaku ngilu dan takut. Namun, setelah berdiskusi dengan tim dokter dan keluarga, Titin mengaku siap dioperasi jika suami mengizinkan.
"Intinya mah kalau suami sudah setuju, saya siap dioperasi meski masih takut," ujarnya.
Titin mengalami keanehan pada tubuhnya sejak 2012. Dia heran berat badannya terus naik, bahkan mencapai 167 kg, pada 2013.
Segala obat dan jamu sudah dia coba, termasuk berpuasa Senin-Kamis. Namun hasilnya belum memuaskan. Untuk pengobatan herbal, Titin juga pernah melakukannya, tetapi karena biaya tak cukup, dia tak bisa melanjutkan pengobatan tersebut.
"Obat herbal pernah saya coba, ada hasilnya, berat badan turun. Misalnya habis minum turun beberapa kilo, tapi katanya harus rutin. Cuma duitnya tidak ada, jadi tidak bisa lanjut obatnya," jelasnya. (rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini