Buya mengenang, kala itu si sopir mengemudi dengan kecepatan tinggi. Dia melihat kecepatan di spedometer berada di angka 150 - 160 kilometer per jam. Dengan kecepatan demikian, Buya seperti agak kurang nyaman. Untuk menentramkan diri, dia bertanya kepada Prabowo, "Anda kan jenderal, saya katakan. Siap mati ndak?" Mendapat pertanyaan spontan seperti itu, Prabowo pun menukas dengan sepat, "Belum!".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja Buya Syafii tak ingat persis kapan mereka berkunjung ke Libya untuk bertemu Khadafi. Dia mengira-ira waktunya antara 1996 atau 1998. Selain dengan Prabowo, Buya mengaku kenal dengan beberapa pengurus teras Partai Gerindra, salah satunya Sekjen partai itu Ahmad Muzani.
Terkait sosok Prabowo, Buya menyebut sebagai tentara tentunya mantan Panglima Kostrad itu lebih tegas. Namun dalam perjalanan karirnya sebagai tentara, banyak persoalan di masa lampau menyangkut Prabowo. "Saya enggak mau sebutlah soal itu. (Tapi) Dia maju sebagai Cawapres, Capres, ya siapa tahu kali ini beruntung," kata Buya saat Blak blakan di detikcom yang tayang hari ini, Senin (07/01/2019).
Saat ditanya kapan dirinya akan bertemu Prabowo, dia cuma memastikan akan menerimanya dengan terbuka jika Prabowo memang ingin berkunjung ke kediamannya. Karena sebelumnya Buya juga menerima calon wakil presiden nomor 01 KH Ma'ruf Amin dan Cawapres 02 Sandiaga Salahuddin Uno dalam waktu terpisah.
Kepada dua cawapres, Buya Syafii berpesan agar jika terpilih menjadi pendamping orang nomor satu di Indonesia, agar melindungi kalangan minoritas. Dia juga meminta pasangan terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya untuk partai pendukung.
Saksikan juga video 'Blak-blakan Buya Syafii: Meluruskan Kiblat Bangsa':
(erd/jat)