Anak Krakatau Memulihkan Diri? Begini Analisis Geolog

Anak Krakatau Memulihkan Diri? Begini Analisis Geolog

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikNews
Jumat, 28 Des 2018 17:03 WIB
Gunung Anak Krakatau pada 23 Desember 2018 (Foto: dok. Susi Air)
Jakarta - Citra satelit terbaru penampakan Gunung Anak Krakatau dipaparkan geolog Rovicky Dwi Putrohari. Dari citra satelit Sentinel 1 milik Badan Antariksa Eropa (ESA) itu, wilayah Anak Krakatau yang longsor tampak sudah 'pulih'.

Gambar nomor 1 adalah gambar Pulau Anak Krakatau sebelum erupsi yang menimbulkan tsunami, citra satelit diambil pada 20 Agustus 2018.

Gambar nomor 2 adalah gambar Pulau Anak Krakatau di hari tsunami terjadi, pada 22 Desember 2018 lalu. Terlihat yang dibatasi garis merah adalah area seluas 64 hektar yang longsor ke laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Gambar nomor 3 adalah gambar Pulau Anak Krakatau 2 hari setelah tsunami terjadi, pada 24 Desember 2018.

Citra satelit Gunung Anak Krakatau / Citra satelit Gunung Anak Krakatau / Foto: Rovicky Dwi Putrohari/geologi.co.id


"Sejak dinding barat yang dilongsorkan menimbulkan tsunami tanggal 22 Desember 2018, kemudian disusul dengan runtuhan dinding yang lain secara perlahan. Runtuhnya dinding tanggal sejak 22 Desember ini terus terjadi dan terekam pada citra satelit yang diambil 24 Desember, terlihat sudah menelan hampir separo luas permukaan dari Pulau Anak Krakatau," papar mantan Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ini.

Gambar nomor 4 adalah citra satelit yang diambil pada 27 Desember 2018. Tampak daerah longsoran pada 22 Desember lalu sudah tertutup kembali.

"Citra gambar terbaru tanggal 27 Desember ini memperlihatkan adanya daratan miring (landaian) dari Anak Krakatau. Seolah-olah gunung ini memperbaiki sendiri luka-luka akibat longsoran sebelumnya," demikian tulis Rovicky.



Namun apakah benar Anak Krakatau sudah memulihkan dirinya sendiri? Rovicky memaparkan dua kemungkinan.

1. Interpretasi citra satelitnya kurang tepat, karena citra yang tertutup oleh hembusan abu dan uap air (steam). Dari kajian tsunami yang terbentuk, memang membutuhkan volume tertentu sehingga cukup untuk mendorong air supaya terbentuk tsunami. Sehingga sangat wajar bila ada cukup besar volume yang ambrol.

2. Pertumbuhan dan penambahan material yang sangat besar sehingga Gunung Anak Krakatau mampu secara cepat mengobati luka hasil longsoran.

Gunung Anak Krakatau pada 27 Desember 2018 / Gunung Anak Krakatau pada 27 Desember 2018 / Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja


Karena perubahan yang sangat cepat ini, lanjut Rovicky, menjadikan sebuah pemahaman bagaimana tsunami terbentuk, apa yang menjadi pemicu utamanya. Nah dengan pemahaman pemicu tsunami ini akan dibuat sistem peringatan dini sesuai dengan genesa terbentuknya.

"Kalau longsor hanya dengan getaran kecil mampu membuat longsor yang menimbulkan tsunami, maka potensi longsoran perlu dimonitor detil. Kalau letusan besar menyebabkan longsoran, maka perlu monitor magma, perilaku magma, dan juga geomagma, tipe, kimiawinya, tren perubahannya dan sebagainya. Jadi memahami bagaimana terbentuknya tsunami ini menjadi sangat penting," jelas dia.



Tonton juga video 'Anak Krakatau Erupsi, Menhub: Jalur Penerbangan & Penyeberangan Aman':

[Gambas:Video 20detik]

(nwk/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads