Sarjana Matematika Ini Hapus Buta Huruf Suku Anak Dalam di Jambi

Sarjana Matematika Ini Hapus Buta Huruf Suku Anak Dalam di Jambi

Robi Setiawan - detikNews
Jumat, 28 Des 2018 10:31 WIB
Foto: Robi Setiawan/detikcom
Jakarta - Lulusan sarjana membuat seseorang biasanya memiliki impian untuk bekerja di perusahaan besar, atau setidaknya mendapatkan nasib lebih baik di kota. Namun tidak halnya dengan Reni Ayu Wulandari yang memilih untuk mengabdikan dirinya di dalam hutan bersama Suku Anak Dalam.

Reni, wanita berusia 25 tahun ini adalah sarjana matematika lulusan Universitas Riau. Semenjak lulus pada 2015, ia memilih untuk hidup dan mengajar Suku Anak Dalam baca-tulis.

"Saya merasa saya putri asli daerah Jambi, Suku Anak Dalam itu merupakan saudara kami. Saya menghabiskan sekolah dasar hingga bangku perkuliahan di Jambi. Saya merasa malu pada awalnya sebagai pemuda Jambi yang terdidik, tidak berbuat apa-apa, hanya berdiam diri saja," kata Reni dalam acara Malam Anugerah Lingkungan Proper 2018 Kementerian LHK, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (27/12/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Itulah alasan pertama yang membuatnya benar-benar ingin terjun langsung untuk mengajari Suku Anak Dalam. Menurutnya urgensi buta-huruf yang dialami Suku Anak Dalam membuat mereka seringkali tertipu.

"Suku Anak Dalam itu tergantung sama hutan, makannya dari hutan. Lama-kelamaan hutannya mulai terkikis. Banyak orang-orang yang ingin mengambil alih hutan mereka dengan cara-cara yang tidak baik. Karena mereka tidak bisa baca, suruh tanda tangani selembar kertas yang bahkan mereka sendiri tidak bisa membacanya, sampai akhirnya mereka tertipu diiming-imingi bantuan malah hutan mereka yang hilang," ujarnya.

Reni mengakui ketika ia dan teman-temannya masuk dan berniat menolong Suku Anak Dalam, mereka tidak langsung mendapatan sambutan yang hangat. Meski pada akhirnya dia dan teman-temannya bisa masuk dan mengajarkan berbagai macam ilmu, termasuk mengajari baca-tulis. Kini ia sedang memperjuangkan beberapa anak didiknya untuk bisa mengikuti ujian Paket A.

Selain Reni, dalam acara ini juga tampil dua 'local heroes' lainnya, yaitu Rahmawati dan Yuni lestari. Rahmawati adalah seorang ibu rumah tangga yang berhasil membawa lingkungannya menjadi hijau setelah sebelumnya mendapat predikat desa kumuh.


"Jadi setiap ulang tahun Kota Bontang itu ada reward buat kelurahan, kebetulan waktu itu bukan reward yang terbaik buat kami, tetapi black award, bendera hitam, yaitu kampung yang kumuh dan jorok. itu tamparan keras buat kami," kata Rahmawati.

Dari situlah dirinya bertekad untuk mengubah keadaan dengan melestarikan lingkungannya. Tak mudah untuk membalikkan keadaan. Namun perjuangan Rahmawati telah berhasil bukan saja melestarikan lingkungannya, namun juga memberdayakan masyarakatnya dengan mengolah sampah organik.

Sementara Yuni Lestari adalah seorang difabel yang bisa membuktikan diri mampu membuat karya lewat batik. Ia bersama teman-temannya telah mampu mendirikan sebuah sanggar yang memberdayakan difabel lewat membatik.

"Saya minta doanya agar saya bisa membawa teman-teman aku (para difabel) sukses kaya aku," ujar Yuni yang kemudian disambut tepuk tangan dukungan dari para peserta yang hadir. (prf/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads