Kaleidoskop 2018: Geger Mahasiswa Dikeroyok di Masjid hingga Tewas

Kaleidoskop 2018: Geger Mahasiswa Dikeroyok di Masjid hingga Tewas

Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
Jumat, 28 Des 2018 09:26 WIB
Pelaku pengeroyokan (Topik/detikcom)
Makassar - Muhammad Khaidir (23) dikeroyok warga di sebuah masjid di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Video Khaidir tewas dikeroyok warga ini sempat menjadi viral di media sosial.

Dirangkum detikcom, Jumat (28/12/2018), malam sebelum Khaidir tewas, dia berpamitan kepada teman kos dan saudaranya di Makassar untuk berangkat ke Kabupaten Jeneponto. Khaidir berangkat ke Jeneponto untuk urusan pribadi. Dengan mengendarai sepeda motornya, Khadiri menuju ke Jepeponto dengan melewati Kabupaten Gowa.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat melintasi wilayah Kelurahan Mata Allo, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, inilah Khaidir memberhentikan kendaraannya dan hendak masuk ke masjid. Karena masjid saat itu terkunci, Khaidir pun menuju rumah seorang warga berinisial YDS, yang tinggal di dekat masjid.

Khaidir kemudian menggedor rumah YDS dengan maksud meminta agar pintu masjid dibuka.

"Korban datang ke rumah warga berinisial YDS, seorang penjahit yang dekat masjid. Korban mengetuk pintu rumahnya dengan keras, namun pintu tidak dibuka sehingga korban berjalan ke dalam masjid," kata Kapolres Gowa AKBP Shinto.

Ternyata gedoran pintu Khaidir ke rumah YDS dianggap sebagai ancaman oleh pemilik rumah, sehingga YDS lari melalui pintu rumah lain, lalu menuju masjid. Di masjid, YDS bertemu dengan RDN (47), yang merupakan marbut masjid. RDN lalu menggunakan pengeras suara dan mengumumkan ke warga sekitar bahwa seolah-olah ada maling di masjid.




Khaidir, yang tak merasa terjadi apa-apa, lalu menuju masjid. Di sana sudah ada warga yang berkumpul. Pemuda malang yang dianggap maling itu lalu dipukuli warga.

"Teriakannya ada maling, tapi tidak ada benda dicuri, itu yang memantik warga datang dan melakukan aksi kekerasan. Itu masih berdasarkan informasi tersangka. Kita ingin cover both side. Kita tidak punya pembanding dan memang butuh pendalaman dari keluarga korban, nanti kita lihat karakter psikologisnya," sambungnya.

Berdasarkan keterangan keluarga korban kepada polisi, korban ternyata hendak melaksanakan salat dan gedoran ke rumah warga disalahartikan sebagai sebuah ancaman. Polisi juga menyebut banyak warga yang melihat pengeroyokan itu.

"Pada saat korban dianiaya, banyak yang melihat, tapi yang memukul baru 10 orang. Kita berbicara saksi banyak berada di saat itu," kata Wakapolres Gowa Kompol Muhammad Fajri.

Fajri bahkan menyebut panggilan lewat pengeras suara masjid didengar oleh warga sekitar. Namun dia mengakui banyak warga yang ketakutan memberikan kesaksian setelah kejadian itu berlangsung.

"Banyak yang mengetahui, termasuk mendengar suara itu," terangnya.

Hingga saat ini, polisi telah menetapkan 10 orang tersangka yang terlibat dalam aksi pengeroyokan itu. Tidak tertutup kemungkinan akan ada penambahan tersangka lain dalam aksi ini.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) bereaksi atas pengeroyokan itu. Waketum MUI Zainut Tauhid Sa'adi mengaku prihatin atas tindakan kekerasan yang dilakukan di lingkungan masjid, yang sejatinya adalah tempat suci.

Dia mengatakan perbuatan main hakim sendiri hingga menyebabkan hilangnya nyawa merupakan tindakan kriminal. Tindakan itu juga jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan agama. (fiq/asp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads