Cerita-cerita Mencekamnya Terjangan Tsunami Selat Sunda

Cerita-cerita Mencekamnya Terjangan Tsunami Selat Sunda

Rivki - detikNews
Selasa, 25 Des 2018 06:50 WIB
Kondisi Pesisir Pandeglang Banten Pasca Diterjang Tsunami (Foto: Agung Pambudhy-detikcom)
Jakarta - Tsunami memporak-porandakan pesisir Banten dan Lampung. Sejumlah bangunan baik hotel hingga rumah roboh diterjang tsunami. Ratusan nyawa melayang akibat bencana tersebut.

Tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam tersebut dipastikan karena erupsi yang menyebabkan guguran dari Gunung Anak Krakatau. Tinggi gelombang diperkirakan mencapai 3 meter.

Salah seorang warga Boyolali, Jateng, Didik Fauzi Dahlan, bercerita betapa mencekamnya saat tsunami menggulung dirinya. Didik saat kejadian berada di Tanjung Lesung, mengikuti acara gathering PLN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Mungkin saya kelempar kira-kira ada 500-an meter. Yang saya ingat saya melewati tiga pohon. Karena satu pohon pegangan kelempar lagi, pohon kedua pegangan (lalu) kelempar lagi. (Pohon) Ketiga baru berhenti di situ dan itu sudah di atap bangunan. Atap bangunan turun saya ikut turun," kata Didik, saat ditemui di Boyolali, Senin (24/12/2018).

Dia kemudian berenang di antara reruntuhan pohon dan puing bangunan, untuk mencari anak dan istrinya. Empat kali dia berenang berputar-putar, tiba-tiba dia mendengar suara anaknya pertamanya, Narina.

"Ayah-ayah. Terus saya ambil dan saya bawa berenang ke pinggir," ujarnya.

Istri dan anaknya baru ditemukan pada esok harinya dalam kondisi meninggal dunia.


Sugih, wisatawan Pulau Sangiang, Banten, juga bercerita betapa mengerikannya saat tsunami. Bagaimana tidak takut, posisi pulau tersebut berada di tengah-tengah Sunda.

Saat itu dia mendengar teriakan warga yang menyuruhnya lari. Dia pun lari ke atas bukit karena gelombang tinggi menghampirinya.

Pohon kelapa yang berjejer di pinggir pantai rata dengan tanah. Dia memperkirakan, ombaknya setinggi pohon kelapa atau sekitar 5-7 meter.

"Yang sebelah barat itu hancur, pohon-pohon nggak ada sisa, penginapan juga hancur," ujar Sugih.

Salah satu kru peralatan panggung sound system Band Seventeen, Dedi Hadi Saputra (77) juga bercerita saat tsunami menerjangnya. Dedi menceritakan keganasan ombak besar yang menimpa panggung saat band Seventeen sedang membawakan lagu keduanya. Kata Dedi, ombak tersebut setinggi 5 meter menghantam panggung band Seventen.

"Panggung mulai main standby, satu lagu dan dua lagu, air menggemuruh. Sebelah sana (kiri panggung) lari dan langsung lari ada air. Lari kemana ombak langsung menimpa sekaligus sekitar 5 meter atas panggung," ujar Dedi saat ditemui di Tanjung Lesung.

Dedi masih ingat betul bagaimana tubuhnya tergulung obak tsunami. Dia mengatakan, jika tak ada bencana tsunami seharusnya dia harus membantu panggung lain di Bekasi pada Rabu (26/12) mendatang.

Band Seventen kehilangan bassist dan gitaris, yaitu Bani dan Herman. Jenazah keduanya sudah ditemukan. Sedangkan Ifan, sang vokalis, selamat. Bani akan dimakamkan di kampung halamannya di Sleman, Yogyakarta, sedangkan Herman akan dimakamkan di Ternate.


Simak Juga 'Video Animasi Penjelasan Tsunami di Selat Sunda':

[Gambas:Video 20detik]


(rvk/rna)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads