Ridho, warga Pesawahan, mengatakan ia tadinya bersama warga lain sedang menyaksikan evakuasi korban di depan Puskesmas Carita. Tiba-tiba ada petugas kepolisian yang membunyikan sirene mobil dan minta naik ke arah bukit.
"Naik, naik. Kita namanya panik dengar itu langsung naik lagi. Saya numpang motor sekitar ada 5 kiloan ke atas," kata Ridho bercerita kepada detikcom, di Carita, Pandeglang, Banten, Minggu (23/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama disampaikan Marzuki. Katanya, ada petugas berbaju loreng yang minta warga pergi ke arah bukit karena ada sirene tsunami.
"Abis ada ABRI turun dari mobil suruh lari ngungsi," katanya.
Ia pun, menurutnya, langsung lari ke Kampung Kadukokosan sekitar 5 kilometer menanjak dari pantai Carita. Ia dan keluarga mengungsi ke rumah saudaranya di wilayah perbukitan.
"Polisi juga pada lari. Ada yang lari gendong anak gendong cucu," katanya.
Ia mengatakan tak berani untuk kembali ke rumah karena masih trauma.
"Masih trauma, nggak berani," katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, toko-toko dan rumah warga di sepanjang Pantai Carita tutup. Perkampungan juga relatif sepi karena sebagian besar warga mengungsi ke daerah lebih tinggi.
BNPB menyebut sirene itu tiba-tiba bunyi sendiri dan menegaskan tidak ada tsunami siang ini. Meski sudah diketahui sirene itu bunyi karena rusak, dia tetap meminta warga tetap waspada.
BMKG juga menyatakan bahwa pihaknya tidak mengaktifkan sirene tersebut. BMKG juga tidak mencatat adanya hal signifikan terkait gelombang air laut di lokasi.
Saksikan juga video 'Warga di Pantai Anyer Panik Dengar Sirene':
(fjp/rvk)











































